Senin 11 Nov 2013 06:26 WIB

Syekh Musthafa Husein, Pelopor Pendiri Pondok Pesantren di Tanah Sumatra

Syekh Musthafa Husein Nasution.
Foto: aladamyarrantawie.blogspot.com
Syekh Musthafa Husein Nasution.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa

Dialah pendiri Ponpes Musthafawiyah Purba Baru, ponpes tertua dan terbesar di Sumatera. Namanya terkenal di tanah Sumatra. Seorang ulama asal Mandailing Natal. Ialah Syekh Musthafa Husein Nasution.

Nama lengkapnya, Syekh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily. Beliau lahir di Desa Tano Bato pada tahun 1886 masehi atau 1303 hijriyyah. Syekh Musthafa lahir di tengah keluarga beragama. Ayahnya, Husein bin Umar merupakan seorang saudagar yang shalih.

Sejak kecil, syekh Musthafa pun mendapat pendidikan agama yang baik. Ia belajar agama dari Syekh Abdul Hamid Hutapungkut sebelum bertolak ke Makkah untuk mendalami syariat.

Syekh Mustafa pun berangkat ke tanah suci. Ia mengikuti majelis berbagai ulama ternama di Masjid Al-Haram. Ia juga terdaftar dalam Madrasah Ash-Shalatiyah Al-Hindiyah di Makkah, Beberapa ulama yang menjadi gurunya saat Makkah diantaranya Syekh Abdul Qodir al-Mandily, Syekh Ahmad Sumbawa, Syekh Sholeh Bafadlil, Syekh Ali Maliki, Syekh Umar Bajuned, Syekh Ahmad Khothib Sambas dan Syekh Abdur Rahman.

Selama 13 tahun, Syekh Musthafa mendalami ilmu agama di Makkah. Ia sempat berkeinginan pergi ke Mesir untuk menuntut ilmu disana. Namun ia menuruti nasihat teman-temannya agar belajar di Makkah saja. Setelah sekian lama, ia pun kembali ke kampung halaman.

Sepulang dari Makkah, syekh pun memulai dakwahnya. Bermula memberikan ceramah kepada masyarakat, ia pun kemudian mendirikan sebuah pondok pesantren pada tahun 1912. Pada mulanya, syekh mendirikan ponpes di tanah kelahirannya, Tana Batu. Namun banjir besar melanda kampungnya. Ponpes pun dipindahkan ke Desa Purba. Pondok itu pun kemudian dinamai Ponpes Musthofawiyyah, sesuai nama sang pendiri, Syekh Musthafa.

Dalam perkembangannya, ponpes tersebut lebih dikenal dengan Ponpes Purba karena lokasinya berada di desa Purba Baru, Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal. Dalam waktu singkat, ponpes syekh pun didatangi banyak pemuda. Mereka ingion menjadi santri disana. Tak hanya dari Mandailing, mereka datang dari penjuru tanah air, bahkan dari negara tetangga Malaysia.

Nama syekh pun makin terkenal, ponpesnya makin besar. Ia menghabiskan usiannya untuk membangun dan mengurus ponpes tersebut. Dasar kurikulum agama yang diajarkan pun dibuat oleh syekh. Ia mengajarkan fikih berdasar mazhab Syafi’I, kitab yang diajarkan pun kitab-kitab klasik. Tradisi pesantren bahkan ditanam kuat, termasuk gaya hidup santri.

Setelah membangun ponpes yang besar dan ternama, syekh menghembuskan nafas terakhir pada tahun 1955. Estafet kepemimpinan pesantren pun diteruskan putra sulungnya, Syeikh Abdullah Bin Musthafa bin Husein Nasution. Saat ini ponpes tersebut masih berdiri dan telah mencetak banyak ulama tanah air. Pemimpin ponpes saat ini dipegang cucu Syekh Musthafa, H. Bakri bin Abullah bin Musthafa Bin Husein bin Umar Nasution.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement