Ahad 10 Nov 2013 19:01 WIB

Bersedekah Kala Sempit dan Lapang

Rep: ahmad baraas/ Red: Damanhuri Zuhri
Sedekah   (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sedekah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bersedekah tidak boleh berhenti, baik ketika dilapangkan rezeki atau disempitkan oleh Allah SWT. Bahkan, orang bersedekah dalam keadaan susah, jauh lebih mulia di mata Allah SWT.

Hal itu disampaikan Fauzan Operates pembina dan pengelola sejumlah panti asuhan di Riau. Ia mengemukakan hal itu ketika tampil memberikan ceramah Ahad Subuh di Masjid BaitulMakmur, Denpasar, Ahad (10/11).

Fauzan mengungkapkan, bila dibandingkan, orang yang bersedekah masih dalam keadaan miskin dengan saat dia menjadi kaya, prosentasenya lebih banyak masih dalam keadaan susah.

Misalkan saat miskin dia bersedaqah Rp 1.000 per hari, sedangkan setelah hartanya berlipat-lipat sampai ribuan persen, paling-paling dia bersedekah Rp 10.000 per hari.

“Ini kan tidak sebanding, mestinya sedekah yang dikeluarkan juga meningkat dengan kelipatan yang sama,” kata Fauzan.

Magister ekonomi syariah itu juga mengingatkan pentingnya menggunakan bank syariah dalam kegiatan ekonomi.

Menurut dia, jangan dipersoalkan kelemahan-kelemahan bank syariah, melainkan gunakan jasa dulu, sambil memperbaikinya di tengah jalan.

Menggunakan bank syariah, kata dia, harus dengan niat beramal dan beribadah kepada Allah SWT. Memang ada yang mempersoalkan menggunakan bank syariah, jasanya  lebih mahal dibandingkan bank konvensional.

Kendati hal itu tidak selalu benar tambah Fauzan, yang pasti menggunakan jasa bank syariah ada pahalanya. “Niatkan saja bersedekah, insya Allah kerjasama kita menggunakan jasa bank syariah akan diberkahi Allah SWT,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement