Rabu 06 Nov 2013 11:11 WIB

Beijing Intimidasi Muslim Uighur Soal Tabrakan Tiananmen

Muslim Uighur (ilustrasi)
Foto: muslimdaily
Muslim Uighur (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Tragedi Tiananmen membuat Beijing Murka. Muslim Uighur pun terkena dampaknya.

Beijing menuduh insiden tersebut dilakukan kelompok Muslim Uighur. Tuduhan itu dirilis setelah para pelaku memiliki nama dari etnis tertindas di Provinsi Xinjiang tersebut.

Tuduhan itu mulai berdampak kepada Muslim Uighur. Profesor Central University for Nationalities, Ilham Tohti misalnya, ia mengaku diintimidasi oleh agen pemerintah.

"Kami akan membunuh Anda dan keluarga Anda," kata Tohti menirukan perkataan agen pemerintah tersebut seperti dilansir reuters, Rabu (6/11).

Lima orang tewas dan sedikitnya 38 orang luka-luka setelah sebuah mobil meledak di Lapangan Tiananmen pada Senin (28/10). Ledakan tersebut dikatakan sebagai upaya ledakan bom bunuh diri.

Pemerintah Cina menetapkan lima tersangka dalam kejadian itu. Pemerintahan Presiden Xin Jinping pun menyatakan kejadian tersebut adalah aksi terorisme. Tohti khawatir insiden Tiananmen hanya akan menyebabkan lebih banyak represi dan diskriminasi terhadap umat Islam. Dampaknya pun akan panjang dan meluas kepada Muslim Uighur.

Benar saja, harian terkemukan Cina telah menuduh pemuda Uighur telah disesatkan kalangan ekstrimis. "Dalam beberapa dekade terakhir, ANda melihat banyak pemuda di sekolah dasar, menengah dan pemuda tak berbudaya bergabung dengan kelompok ekstrimis," kata harian tersebut.

Peneliti Cina untuk Amnesty International, Corrina-Barbara Francis mengatakan Beijing perlu melihat ke belakang. Bagaimana akibat dari kebijakan mereka. Kita berasumsi mereka berhasil meminimalisir kekerasan guna menciptakan suasana harmonis.

Secara terpisah, Ketua World Uyghur Congress, Dilxit Raxit mengungkap lebih dari 24 Muslim Uighur ditahan. Ini merupakan bentuk peningkatan penindasan yang dilakukan Beijing.  "Jika masyarakat internasional tidak mengambil langkah-langkah darurat untuk menghentikan provokasi dan penindasan Cina, orang-orang Uighur yang tidak memiliki harapan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement