REPUBLIKA.CO.ID, Medio 2009, komunitas Muslim yang tinggal di Port Moresby, ibu kota Papua Nugini menghadiri sebuah kegiatan bertajuk "Get Together Program." Di antara puluhan orang tersebut, sepasang suami istri yang menghadiri acara itu mengucapkan dua kalimah syahadat dan resmi menjadi pemeluk Islam.
Perlahan namun pasti, jumlah pemeluk Islam di negara yang berbatasan dengan Indonesia di sebelah Timur itu terus bertambah. Bahkan, pada 2008, jumlah penduduk Papua Nugini yang menganut Kristen berbondong-bondong berpindah keyakinan menjadi Muslim.
Imam Khalid, tokoh Islam di Papua Nugini, mengatakan, ada banyak alasan yang membuat penduduk Papua Nugini tertarik untuk memeluk Islam. ‘’Mereka berpindah agama ke Islam bukan karena mereka tidak menyukai agama lain. Mereka merasa nyaman dengan agama Islam," ujarnya seperti dikutip laman ABC News.
Selain itu, kata Imam Khalid, penduduk Papua Nugini kepincut pada ajaran Islam, karena agama Allah SWT itu lebih mudah diterapkan ketimbang agama lain. Mereka memandang Islam sebagai agama yang mudah. ‘’Tuhan tak hanya ada di masjid. Saya bisa shalat di mana pun, di rumah bahkan di bawah pohon.’’
Sekretaris Umum Komunitas Islam Papua Nugini, Isa Teine, menambahkan, ada pula kesamaan nilai-nilai Islam dengan adat Melanesia yang membuat pendududk Papua Nugini mulai jatuh cinta pada Islam. Ia mencontohkan, tradisi bertegur sapa di antara sesama, tak sekadar salaman, namun juga saling memeluk.
"Saat menyapa orang, kami memeluknya. Itu adalah Islam. Kami tidak cukup bersalaman lalu meninggalkan mereka yang kami sapa. Itulah, sebagian besar budaya kami pada dasarnya bernilai Islam," kata Isa.
Satu hal lagi yang membuat orang Papua Nugini tertarik pada Islam, yakni soal poligami. Banyak penduduk negeri itu yang memiliki istri lebih dari satu. Menurut Isa, dalam Islam, poligami diperbolehkan.
***
Komunitas Muslim di Papua Nugini pun aktif mengajarkan seluk-beluk ibadah yang sesuai dengan acara Islam. Islamic Society of Papua New Guinea (ISPNG) secara rutin menggelar Kamp Dakwah untuk Perempuan. Muslimah di negeri itu diajarkan tata cara mengurus jenazah, pemakaman Muslim, menyembelih binatang secara islami, memasak secara Islami, menjaga kebersihan, menyucikan najis, dan tayamum.
ISPNG adalah sebuah komunitas Islam yang berdiri sejak sekitar 1979 atau 1980, sekitar tujuh tahun sejak Islam masuk pertama kali ke wilayah timur Tanah Papua itu. Jumlah mualaf di Papua Nugini terus bertambah dalam beberapa tahun terakhir.
Hal itu terjadi seiring gencarnya gerakan dakwah Islamiah. Sejumlah kantong Muslim dapat ditemukan di sekitar Port Moresby, serta di Baimuru, Daru, Marshall Lagoon, Lembah Musa, dan kepulauan Britania Baru dan Irlandia Baru. Perkembangan paling pesat banyak ditemukan di dataran-dataran tinggi.
Menurut ABC News, pada akhi 2008, jumlah Muslim di Papua Nugini telah mencapai lebih dari 4.000 jiwa. Bahkan, sebuah laporan yang dikutip situs tersebut mengatakan pernah terjadi perpindahan agama yang dilakukan bersama-sama oleh penduduk di berbagai desa. Hal itu membuat jumlah Muslim Papua Nugini meningkat secara signifikan.
***
Meski mengalami perkembangan yang signifikan, masyarakat Muslim di Papua Nugini juga masih dihadapkan pada Islamofobia. Seorang menteri negara senior Papua Nugini, seperti dikutip ABC News, pernah menyebut Islam sebagai sebuah bahaya laten yang mengancam kedamaian dan kesatuan di negara tersebut.
Kaum Muslim di negeri itu, termasuk Imam Khalid, menyikapi pernyataan yang menyerang Islam itu sebagai sebentuk ketidakpahaman para non-Muslim terhadap Islam. "Tidak ada pemahaman yang seimbang tentang Islam. Semakin banyak citra negatif digambarkan atas agama Islam, orang akan semakin berkecenderungan mempercayai apa yang dikatakan oleh banyak orang, daripada datang dan mendengar sendiri (tentang Islam) dari mulut para Muslim," ujar Imam Khalid.
Ia optimistis gejala Islamofobia di Papua Nugini akan semakin terkikis seiring dengan meningkatnya jumlah Muslim di negara tersebut. Para tokoh Muslim pun berupaya mengenalkan Islam yang sebenarnya kepada publik di negara itu.