REPUBLIKA.CO.ID, Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, khilafah Islam berhasil menaklukkan seluruh wilayah Suriah. Wilayah pertama yang takluk adalah Damaskus, pada tahun 635 M. Sedangkan penaklukan kedua berhasil membuat Yerussalem berlutut di hadapan kepemimpinan Islam.
Kedua penaklukan tersebut dicapai dengan pertempuran yang dipimpin panglima Khalid bin Walid. Saat Damaskus menyerah, penduduknya memperoleh jaminan keamanan dalam hal harta, nyawa, bahkan tempat ibadah mereka (gereja), dengan syarat mereka membayar upeti atau jizyah.
Ketika Kaisar Romawi, Heraklius, mengetahui kemenangan pasukan Islam, ia mengerahkan empat pasukan besar untuk menghadapi mereka. Di tempat terpisah, laskar Islam menghadapi kesulitan yang berat, sehingga para panglimanya bermusyawarah untuk mencari jalan keluar.
Dalam musyawarah tersebut, Amru bin al-'Ash mengusulkan agar pasukan Islam berkumpul di suatu tempat untuk menghadapi perlawanan Romawi secara bersama-sama di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Tempat yang dimaksud adalah tepi Sungai Yarmuk (anak Sungai Sei, Yordania) yang bernama Wakusah.
Pendapat tersebut disetujui oleh Umar. Maka berkumpullah 40 ribu pasukan Islam di Wakusah guna menghadapi Romawi. Pertempuran berlangsung hebat karena pasukan Romawi yang berjumlah enam kali lebih banyak dari pasukan Islam. Meski demikian, pertempuran berakhir dengan kekalahan Romawi pada tahun 636 M.
Pasukan Islam akhirnya berhasil merebut kembali wilayah Damaskus dan Yerussalem pada tahun 640, yang sekaligus menjadi momen berakhirnya penaklukan Suriah secara total. Khalifah Umar kemudian membagi Suriah menjadi empat distrik, yakni Damaskus, Hims, Yordania, dan Palestina. Ia memerintahkan seluruh tentara Islam agar tetap tinggal di barak-barak militer, sehingga kehidpan masyarakat lokal tidak terganggu.
Setelah itu, banyak di antara masyarakat yang telah lama menetap di Suriah beralih memeluk Islam. Mereka terdiri dari berbagai suku Arab, dan juga suku Ghassan. Umar juga memberlakukan toleransi beragama sehingga menciptakan citra positif Islam di mata umat Kristen dan Yahudi, mengingat mereka kerap dianiaya pada masa kekuasaan Romawi.
Pemungutan jizyah secara berlebihan dan dengan pemaksaan dihindari, petani diminta membayar zakat dengan penyesuaian terhadap hasil panen mereka. Hal-hal tersebut diyakini menjadi faktor penting suksesnya pemerintahan Islam menata wilayah kekuasaannya.
Setelah Islam berhasil menaklukkan Suriah yang terletak di wilayah barat, pasukan Islam dapat memfokuskan diri untuk penaklukan ke wilayah Timur, yakni Kekaisaran Sassaniyah Persia. Setelah Sassaniyah takluk, pasukan Islam menargetkan penaklukan provinsi Bizantium, Aegiptus.