REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menjadi mualaf tidaklah mudah, terutama bagi para wanita. Tak hanya tantangan sebagai Muslim, mereka juga diuji dengan penampilan Islam, yakni berjilbab. Tak sedikit tantangan dan kesulitan yang mereka hadapi apalagi hidup sebagai minoritas di negeri non-Muslim.
Permasalahan ini yang selanjutnya menjadi bahasan pertemuan rutin para mualaf. Pertemuan itu diberinama “Revert Sister Meet and Eat”. Di sana, para mualaf Muslimah menemukan keluarga baru. Mereka disambut dengan hangat di sana.
Untuk mempererat persaudaraan, mereka pun makan bersama. Layaknya pertemuan wanita pada umumnya, tak sedikit yang kemudian membawa masakan untuk dipamerkan ke Muslimah yang lain. Mereka pun kemudian saling berbagi resep. Pemandangan yang menyenangkan dengan hubungan persaudaraan yang kental.
Acara rutin tersebut biasanya diadakan hari Sabtu pertama pada awal bulan. Mereka berkumpul sejak pukul empat hingga maghrib di Taybah CC & Education Centre di kawasan Leicester. “Ini diadakan agar para Muslimah datang dan bertemu dengan saudari Muslimah lain para mualaf,” tulis web UK Islamic Events.
Acara tersebut sebetulnya diprakarsai oleh para Muslimah Inggris yang memang telah lama berislam. Namun, mereka mengadakan acara tersebut dengan maksud dapat bertemu para Muslimah yang baru bersyahadat. Memberi dukungan kepada mereka, demikian tujuan acara
Jumlah Muslimin di Inggris memang terus meningkat tiap tahunnya. Pada 2008 terdapat 1,65 juta Muslim atau sekitar 2,7 persen dari total populasi negara monarki konstitusi tersebut. Kemudian, pada 2010 sebanyak 2,8 juta Muslim tinggal di Inggris dengan persentase sebesar 4,6 persen dari total penduduk. Dari jumlah Muslimin tersebut, 40 persen Muslimin tinggal di Ibu Kota Inggris, London.