Sabtu 26 Oct 2013 15:52 WIB

Waktu, Nikmat yang Kerap Terabaikan

Rep: c72/ Red: Damanhuri Zuhri
Waktu (Ilustrasi)
Foto: tecbat
Waktu (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, -- Nikmat waktu yang telah dianugerahkan, sayangnya kerap dilalaikan. Sehingga perputaran masa lebih sering tak dipergunakan dengan maksimal.

Pengurus Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII) Kota Bogor Abdul Halim, mengatakan penegasan ini seperti dinukilkan di hadis riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas RA. Rasulullah SAW menyebutkan, ada dua nikmat yang kerap diabaikan yakni nikmat luangnya waktu dan kesehatan.

Dia juga menjelaskan waktu merupakan hal paling berharga dan mahal yang dimiliki manusia. Hingga Allah SWT menyebutkan sumpahnya terhadap waktu dalam quran surah tersendiri yaitu al-Ashr.

Ayat kedua surah tersebut menyatakan, sangat merugi bagi manusia yang menyia-nyiakan waktunya untuk hal yang tidak berguna. Sehingga memanfaatkan waktu merupakan kesempatan setiap individu untuk memilih selamat atau celaka.

Orang yang cerdas berarti dapat menahan diri dan menyiapkan diri untuk mempersiapkan bekal setelah kematian nanti.

Sedangkan orang yang bodoh hanya menginginkan hidup senang di dunia tanpa memanfaatkan waktu dan menyia-nyiakan hidupnya. “Mereka hanya berangan-angan saja untuk mendapatkan surga Allah SWT,” ujarnya.

Penyebab banyak orang menyia-nyiakan waktu adalah karena menuruti hawa nafsu. Sedangkan orang yang hanya menuruti hawa nafsu tidak akan pernah puas. Orang yang tidak pernah puas tidak akan mendapatkan kebahagiaan dunia apalagi kebahagiaan akhirat.

Untuk itu setiap orang hendaknya dapat mengendalikan hawa nafsu agar dapat meningkatkan keimanan dan memanfaatkan waktu sebaikbaiknya.

Bagi masyarakat yang menuruti hawa nafsu maka mereka tidak dapat berpikir jernih. Mereka akan mudah diadu domba dan sering dalam pertengkaran yang tidak berguna. Baik terhadap individu maupun terhadap kelompok tertentu.

Selain itu penyebab orang lalai terhadap waktu adalah karena tidak mengerti visi misi dan tujuan kehidupan. Abdul Halim mencontohkan seorang yang bertujuan untuk mendapatkan jabatan sebagai pemimpin harus memanfaatkan waktu kepemimpinannya dengan baik.

Sehingga mereka tidak hanya memanfaatkan jabatannya untuk mengeruk kekayan. Tetapi harus memiliki visi misi yang jelas dengan membangun umat.

Jangan sampai setelah masa jabatan selesai malah justru mengkritik pemimpin sebelumnya, kenapa mereka tidak memanfaatkan waktu saat memimpin untuk memperbaiki hal yang dikritik.

Sangat penting, ujarnya, untuk mendidik mereka sejak dini terhadap arti penting waktu. Jangan sampai anak yang tidak autis malah diajarkan untuk autis.

Artinya waktu yang dimiliki mereka hanya untuk belajar formal tanpa membagi waktunya dengan berinteraksi bersama keluarga dana teman-temannya.

Langkah sederhana untuk mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua. Orang tua harus memiliki waktu khusus pada anak-anaknya.

Mereka harus menyempatkan diri untuk mendidik. Jika secara fisik mereka tidak dapat bertemu dengan banyak waktu mereka dapat memantau melalui telepon.

Sementara itu, Kepala Sekolah International High School Jakarta, Ustaz Ahmad Mulyadi Kosim mengatakan waktu adalah amanat yang diberikan pada kita. Waktu adalah kehidupan, waktu adalah tanggung jawab amanah dan ibadah.

Ustaz Ahmad Mulyadi yang juga Dosen Agama Islam Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor mengatakan sebab orang lalai dari waktu karena faktor internal, yakni kurangnya pemahaman manfaat waktu.

Kedua hawa nafsu yang mendorong manusia terhadap hal yang bermanfaat. Ketiga konteks pandangan hidup. Mereka mengartikan waktu bukan sebagai bagian hidup. Pola pikir manusia yang merasa waktu tidak penting.

Mereka lupa dengan memanfaatkan waktu. Keempat, berangkat lingkungan informasi yang diadopsi dengan waktu juga memengaruhi. Mereka mengartikan waktu hanya digunakan untuk mencari keduniaan saja.

Menurutnya, pendidikan sejak dini perlu sekali harus ditanamkan. Anak diajarkan tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Pemahaman akan menentukan keselamatan dunia akhirat adalah dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

Contoh sederhana diajarkan mulai sejak di rumah. Orang tua harus mulai mengajarkan pada anak bagaimana mengelola waktu sesuai dengan kebutuhan ibadah, sekolah, dan bermain.

Lingkungan mereka di sekolah dan di tempat lain juga harus diajarkan tepat waktu. Mereka pun tidak luput dari pengajaran agama yang banyak mengajarkan arti penting tepat waktu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement