REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pembukaan toko pernak-pernik seks "halal" online mengejutkan dunia Islam. Yang menjadi masalah, apakah itu sesuai dengan nilai-nilai Islam yang santun.
Inilah yang menjadi sorotan para ulama di dunia Islam. Sejumlah ulama menyebut pembukaan toko tersebut mencerminkan bentuk adaptif budaya Barat. "Negara-negara Islam memiliki toko model itu tapi tidak diiklankan," komentar Hamzah Yusuf, pendiri Zaytuna College, Berkeley, AS, seperti dilansir onislam.net, Jumat (25/10).
Pemilik toko pernak-pernik seks "halal", Haluk Murat Demirel mengungkap keputusan membuka penjualan pernak-pernik secara online ini terinspirasi dari kebutuhan umat Islam akan produk tersebut namun tanpa merasa risih untuk membelinya.
Soal ini, Profesor Fikih, Universitas Al-Azhar, Kairo, Su'aad Shalih mengatakan budaya sopan santun perlu dijaga. "Ini telah menyalahi budaya itu," kata dia.
Di Turki, meski toko serupa beroperasi secara bebas, berbicara masalah seks masih menjadi hal yang tabu. Kolumnis Turki, AHmen Hakan menilai masalah tabu itu yang selanjutnya membawa masyarakat Turki pada adaptasi nilai-nilai Islam dalam aktivitas sehari-hari. Maka muncullah, busana Muslim, hotel Islami dan kini produk seksual.
Para kritikus Perdana Menteri Tayyip Erdogan seringkali menuduhnya sebagai tokoh puritan karena terlalu banyak memberikan komentar terkait kehidupan pribadi warganya, mulai dari nasihat terkait jumlah anak yang harus dimiliki seorang wanita serta pandangannya tentang aborsi.
Demirel mengatakan laman yang memberikan tips tentang praktik seksual mana yang diperbolehkan dan dilarang dalam Islam itu terbukti populer sejak diluncurkan pertama kalinya pada Selasa pekan lalu, dengan jumlah pengunjung sebanyak 33 ribu dalam satu hari pada Ahad.