Kamis 17 Oct 2013 12:05 WIB

Adam Ibrahim Terkesan dengan Ritual Puasa

Adam Ibrahim, Mualaf
Foto: onislam.net
Adam Ibrahim, Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, Perjalanan Adam Ibrahim dahulu Don Trammel menuju Islam cukup berliku. Sempat ia merasa putus asa, hingga akhirnya pertolongan Allah SWT datang, ia pun menjadi Muslim. Alhamdulillah.

Pertama kali Adam tahu tentang Islam ketika ia bekerja di Finlandia, pada tahun 1999. Sebagai teknisi IT, berkomunikasi via chat room menjadi hal biasa. Ketika berselancar di dunia maya, Adam berkomunikasi dengan perempuan Mesir yang juga paham tentang teknologi nirkabel.

"Awalnya kami berdiskusi tentang teknologi nirkabel di masa depan. Selanjutnya, saya berbicara tentang Islam, saya banyak bertanya soal itu," kenang dia seperti dilansir onislam.net, Kamis (17/10).

Sebagai penganut Kristen, Adam cukup religius. Ini berkat pendidikan agama yang diberikan keluarganya sejak kecil, utamanya sang ibu. Untuk hal ini, Adam begitu bersyukur kepada Tuhan kerena memiliki seorang ibu yang memberikan kasih sayang yang cukup secara spiritual.

Ketertarikan Adam terhadap Islam memang muncul begitu saja. Tidak banyak yang diketahuinya tentang Islam tapi Tuhan punya rencana lain. Selama setahun, pekerjaan yang digelutinya mengharuskan ia berhubungan dnegan pria Muslim.

Saat itu, di Kairo, tengah bulan Ramadhan. Atmosfer berpuasa umat Islam memicu ketertarikan Adam. Sekembalinya ke AS, suasana itu sungguh berkesan di hati Adam. Beberapa lama kemudian, Adam kembali ke Kairo.

Kali ini, ia bekerja untuk Kairo Telecomp. Ketika memasuki masa tengggat, ia bekerja tanpa mengenal lelah. Ketika itu, ia mendapat bantuan tenaga lokal. Ia membutuhkan bantuannya untuk menyelesaikan satu komponen, selama 15 menit orang itu menghilang. Tiba-tiba pria ini memina maaf karena harus melakukan shalat.

"Awalnya saya marah, tapi berubah jadi kagum," kata dia.

Perlahan, Adam banyak bertanya soal Islam kepada rekannya itu. Tanpa bisa membohongi diri, Adam jatuh Cinta pada Islam. Ia mulai membaca literatur tentang Islam. Entah mengapa, Adam merasa Tuhan tengah mendekatinya, membuka hatinya. "Hati saya telah menemukan rumahnya," kata dia.

Enam bulan berikutnya, Adam kembali ke Mesir. Ketertarikan terhadap Islam kian menjadi. Itu membuatnya sedikit emosional, lantaran bingung bagaimana ia harus memulainya. Ia pun memutuskan menghubungi koleganya Noha. Kepada Noha, Adam memaparkan keluh kesahnya.

Satu langkah penting Adam dimulai ketika ia bertemu dengan Mohammad dan Sherief. Keduanya membantu Adam mengetahui banyak hal tentang Islam. Tak lama, tragedi 11 September 2001 terjadi, ini merupakan momen terpenting bagi Adam sebelum menjadi Muslim.

"Tragedi itu mengerikan tapi saya percaya ini bukan Islam. Saya berharap orang-orang tidak berpikir semua Muslim itu jahat," kenang dia.

Selepas tragedi itu, kecintaan Adam terhadap Islam tak luntur. Justru ia semakin intens mempelajari Islam. Pada  2 Oktober 2001, Adam mengucapkan dua kalimat syahadat. "Saya selalu berdoa untuk mereka yang membantu saya kembali pada Islam. Insya Allah, saya dan mereka bisa bertemu di surga yang dijanjikan Allah," kata dia ketika itu.

"Saya berharap, ibuku memahami keputusan ini. Kepercayaannya kepada Tuhan telah menginspirasi saya. Semoga ibuku mendapat bimbingan Tuhan, seperti yang dilakukan-NYa kepada saya," kata dia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement