Selasa 15 Oct 2013 22:00 WIB

Makna Berkurban Kata Ketua PBNU

Rep: Hannan Putra/ Red: Citra Listya Rini
Ketua PBNU Said Agil Siroj
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ketua PBNU Said Agil Siroj

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Antusias masyarakat Indonesia yang berkurban dari tahun ke tahun relatif terus meningkat. Namun, sunnah tertua dari Nabi Ibrahim tersebut diharapkan tidak hanya sebatas ibadah semata, tapi bisa menjadi budaya dan mentradisi di masyarakat.

Menurut Ketua PBNU, Said Agil Siraj, masyarakat Indonesia suatu saat nanti bisa menjadikan sunnah berqurban menjadi budaya bangsa. Tidak hanya dari segi agama, mereka yang mampu namun tidak berqurban juga mendapatkan norma buruk oleh masyarakat berdasarkan budaya.

Ia mencontohkan, di beberapa negara Islam, berqurban sudah menjadi budaya bagi masyarakat. Seperti halnya Maroko, mereka yang tidak tidak ikut berqurban menjadi momok yang memalukan di tengah-tengah masyarakat. 

"Jadi di Maroko, orang yang tidak berqurban seakan-akan tercela di masyarakat. Jadi setiap keluarga pasti mengusahakan untuk berqurban," katanya.

Untuk itu, para ulama dan seluruh yang terlibat dunia dakwah harus lebih giat menyeru masyarakat akan pentingnya berqurban. Menurutnya, motivasi masyarakat yang kian tinggi dalam berqurban juga tak terlepas dari peran media massa yang ikut mengkampanyekan fadhilah berqurban. Disamping para ulama yang terus bertabligh menyeru umat untuk melaksanakan sunnah muakkadah itu.

"Mudah-mudahan hal positif (fenomena maraknya berqurban) di masyarakat ini menjadi bukti bahwa masyarakat kita sudah peduli dengan orang miskin. Ini harus terus dipupuk," jelas Said.

Said mengatakan, seperti kisah seorang pemulung dan tukang sapu jalanan yang diangkat kisahnya oleh media telah menginspirasi banyak orang. Banyak masyarakat yang bercermin dari kisah mereka, jika seorang yang berprofesi pemulung dengan pendapatan tak seberapa bisa ikut berkurban, jadi tak ada alasan bagi karyawan dan berkecukupan tidak berqurban.

"Dorongan-dorongan seperti ini suatu hal yang bagus. Semoga bisa terus berkembang di masyarakat," sambungnya.

Dalam syariat, kurban menempati sunnah muakkadah. Mereka yang mampu sangat dianjurkan untuk berkurban. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri memberikan ancaman, "Siapa yang mampu tapi enggan berkurban, maka jangan dekati masjid kami," ujar Said membacakan salah satu hadis.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement