REPUBLIKA.CO.ID, Dalam syariat Islam berkurban dianjurkan bagi siapa yang berpunya dan memiliki kecukupan materi. Sedangkan bagi mereka yang dhuafa, digolongkan sebagai mustahik atau orang yang berhak menerima daging sembelihan kurban. Mereka tidak memiliki kewajiban kurban oleh agama.
Namun belakangan muncul fenomena yang cukup menarik, ketika mereka yang tergolong sebagai mustahik ternyata memiliki niat yang kuat untuk berkurban.
Pada 2012 lalu, pasangan suami Istri yang berprofesi sebagai Pemulung, Yati dan Maman sempat terpublikasi media, ketika mereka memilih berkurban dua ekor kambing ke panitia kurban di Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan.
Yati dan suaminya tinggal di sebuah gubuk reot, di kawasan tempat sampah kawasan Tebet ini mengakui, harus menyisihkan Rp 2.000-3.000 per hari untuk membeli dua ekor kambing. Kenginginan untuk berkurban Yati dikarenakan ia dan suaminya malu setiap tahun harus mengantre meminta jatah daging. I
a dan suaminya pun memutuskan untuk berkurban dengan menabung dari hasil memulung. Akhirnya setelah tiga tahun mereka pun bisa membeli dua ekor kambing seharga masing-masing Rp 1 juta dan Rp 2 juta.
Pada tahun ini pengorbanan berkurban para dhuafa lain juga ditunjukkan oleh Nenek Sahati Wati. Wanita renta asal Desa Kutalebak, Sriwedari, Kecamatan Gunung Puyuh, Sukabumi ini berprofesi sebagai pemulung. Ia lebih memilih berkurban ketimbang menunggu datangnya jatah daging.
Nek Sahati bahkan harus mengumpulkan uang lebih dari tujuh tahun untuk menyampaikan niatnya untuk membeli seekor kambing seharga Rp 2 juta. Nek Sahati mengakui mengumpulkan Rp 2.000-an setiap hari, dari hasil menjual botol dan gelas air mineral plastik bekas. Ia pun mengumpulkan setiap lembaran uang ribuannya di bawah bantal dan kemudian dititipkan ke Ketua RT setempat.
Lain lagi cerita Bambang, seorang tukang becak yang berasal dari Pucangan, Kota Pasuruan. Bambang bahkan tahun ini berkurban seekor sapi seharga Rp 13 juta. Untuk menunaikan niat berkurbannya ini, Bambang harus menabung selama 10 tahun dari hasil kerja kerasnya mengayuh becak setiap hari. Setiap Bambang harus mengumpulkan Rp 2.000 hingga puluhan ribu rupiah untuk membeli seekor sapi.
Semangat para dhuafa untuk berkurban ini dinilai sebagian kalangan menunjukkan sebuah kesungguhan dari pelaksanaan ibadah. Menurut Ustaz Yusuf Mansyur, di tengah banyaknya orang yang berpunya tidak mau mengeluarkan uang untuk beribadah. Ternyata ada sebagian dhuafa yang bersusah payah membanting tulang mendapatkan ketakwaan dari Allah SWT.
"Di tengah orang berpunya enggan berkurban atau hanya berkurban sebagai upaya ritual simbolis mencari tujuan tertentu, riya dan pamer," imbuh Ustaz Yusuf Mansur.