Senin 14 Oct 2013 17:35 WIB

Pesona Kecantikan Sarah

Rep: afriza hanifa/ Red: Damanhuri Zuhri
Gaya hijab cantik
Foto: styles-guide.com
Gaya hijab cantik

REPUBLIKA.CO.ID,

Setiap Firaun ingin menyentuh Sarah, tangannya menjadi lumpuh.

Siapa tak kenal istri Nabiyullah Ibrahim, Sarah. Dia seorang wanita mulia yang sangat memesona dengan kecantikan parasnya sekaligus wanita yang sangat mulia dengan kepribadian budinya.

Suatu hari Sarah mendapat ujian keimanannya kepada Allah dan kesetiaannya kepada Nabiyullah. Karena dakwah Ibrahim tak diterima di negeri Babilonia, ia bersama istrinya, Sarah, pindah menuju Syam.

Namun, kemudian Syam dilanda paceklik. Keduanya pun pindah menuju Mesir. Di sanalah ujian Sarah dimulai.

Suatu hari, seorang pejabat istana melihat kedatangan Ibrahim dan Sarah. Sontak pejabat itu menyukai paras cantik Sarah. Ia pun segera menuju istana dan mengabarkannya kepada Firaun.

“Telah datang di negeri Baginda ini seorang pria asing. Ia datang bersama dengan wanita yang sangat menarik. Kecantikannya tak ada yang menandingi. Wanita seperti itu layak menjadi pendamping Baginda,” katanya.

Maka, sang raja pun segera memanggil Ibrahim untuk datang ke istana. Raja yang berkuasa saat itu adalah Firaun I yang terkenal sangat zalim. Sang raja sangat menginginkan Sarah.

Jikalau ia tahu Sarah telah bersuami, suaminya pasti akan dibunuh agar sang raja mendapatkan wanita cantik itu.

Maka, ketika sang raja bertanya kepada Ibrahim, “Siapa wanita itu?” Nabi Ibrahim menjawab, “Dia adalah saudariku.” Maka, Nabi Ibrahim pun dilepaskan sang raja dan meminta Sarah agar tinggal di istana.

Sepulang dari istana, dia berkata kepada istrinya, “Wahai Sarah, tak ada yang beriman di muka bumi ini, kecuali aku dan kamu. Raja itu bertanya tentangmu dan aku mengatakan bahwa kau adalah saudariku.

''Kalau dia tahu kau adalah istriku maka dia akan mengalahkanku untuk mendapatkanmu. Dan, memang kau adalah saudara perempuanku dalam Islam,” ujar Ibrahim.

Sarah pun segera dibawa ke istana. Hati Sarah berkecamuk. Pakaiannya sangat indah dengan pelayan yang menyediakan kebutuhannya, namun perasaan Sarah sedih bukan kepalang.

Dia enggan berpisah dengan suaminya dan takut tersentuh Firaun yang jahat. Maka, Allahlah satu-satunya tempat mengadu dan meminta pertolongan.

Sarah beribadah, sujud, dan mengadu kesedihannya. Dia memohon kepada Allah agar melindunginya. “Ya Allah, jikalah Engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan Rasul-Mu, mengetahui bahwa aku menjaga kehormatanku untuk suamiku, maka janganlah kau jadikan raja kafir itu berkuasa atasku,” pinta Sarah tersedu.

Allah pun mendengar doa Sarah dan mengabulkannya. Acap kali sang raja ingin menyentuh Sarah, tangannya segera lumpuh. Firaun tak mampu bergerak.

Maka, dia pun berkata kepada Sarah, “Aku berjanji tak akan mengganggumu maka mintalah kepada Tuhanmu agar melepaskan penyakit ini,” ujarnya.

Lalu, Sarah pun kembali berdoa dan sang raja segera sembuh. Namun, dia mengingkari janjinya. Dia kembali mendekati Sarah setelah tangannya dapat kembali bergerak.

Tapi, saat hendak memegang Sarah, Firaun kembali lumpuh. Dia pun kembali berjanji, “Aku berjanji tak akan mengganggumu maka mintalah kepada Tuhanmu agar melepaskan penyakit ini,” ujar sang raja.

Namun, saat sembuh, dia kembali mendekati Sarah. Terus demikian peristiwa itu terjadi hingga sang raja pun menyerah.

Firaun justru akhirnya ketakutan dengan kemampuan benteng diri Sarah. Dia pun menudingnya sebagai makhluk halus yang mampu melakukan tipu daya. Kelumpuhannya dimaknai Firaun sebagai buatan setan.

Firaun segera memanggil pengawalnya dan berkata, “Kau tidaklah membawa seorang wanita, melainkan membawa setan,” serunya. Maka, si pengawal pun diperintah membawa kembali Sarah ke rumahnya.

Sebelum pulang, raja memberikan seorang budak kepada Sarah sebagai hadiah. Budak itu pun seorang wanita yang cantik bernama Hajar. Dialah yang nantinya menjadi istri kedua Ibrahim sekaligus ibunda Nabi Ismail. Adapun Sarah merupakan ibunda Nabi Ishaq.

Saat tiba di rumah, Ibrahim pun bertanya kepada Sarah, “Apa yang terjadi?” Lalu, Sarah menjawab, “Allah telah menolak tipu daya raja kafir itu dan dia memberiku seorang pelayan wanita.”

Demikian kisah Sarah yang mendapat perlindungan Allah. Kisah tersebut dikabarkan oleh Abu Hurairah. Rujuklah Ibnu Katsir dalam kitabnya, Qashshashul Anbiya, atau kitab Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al Asqalaniy.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement