REPUBLIKA.CO.ID, QUEBEC -- Isu larangan jilbab di ruang publik dan perkantoran masih mengusik Muslimah Quebec. Pemerintah dinilai tidak serius merespons aspirasi umat Islam. Muslim Quebec pun tak berdiam diri terkait masalah itu.
Mereka menggelar kampanye yang menyatakan dukungan terhadap pembolehan penggunaan simbol-simbol agama di ruang publik dan perkantoran. "Kami tidak akan diam sampai banyak Muslimah dengan bebas mengenakan hijab," ungkap Sylvain Malletette, Presiden Guru Independen Quebec (FAI) seperti dilansir The Globe and Mail, Jumat (6/9).
Menurut Slyvain, menghormati sekularisme tidak ada hubungan dengan pemakaian simbol-simbol agama. Telinga Muslim Quebec kembali panas, ketika draft aturan baru menyatakan perlu ada perlindungan terhadap sekularisme agama. Perlindungan itu berupa larangan terhadap pekerja sektor publik mengenakan simbol-simbol agama di sekolah, rumah sakit dan tempat penitipan anak.
Menteri Utama Negara Bagian Ontario, Kathleen Wyne mengkritik draft aturan yang diusulkan Quebec. "Keberagaman itu akan melahirkan kekuatan. Ontario harus bersifat inklusif," kata dia. Sifat ini berlaku pada setiap lini, termasuk sekolah dan perkantoran. "Saya percaya, keberagaman dasar kekuatan Ontario," katanya.
Menteri Utama, Negara Bagian British Columbia, Christy Clark mengatakan keberagaman itu bagian dari dunia. "Kami di British Columbia akan tetap menjaga itu. Keberagaman adalah kekuatan," ujarnya.