REPUBLIKA.CO.ID, -- Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi yang dikenal sangat kental budaya Islamnya. Banyak pula ulama besar yang berasal dari daratan Borneo ini.
Dulu, ulama yang terkenal adalah Irham Chalid, karismanya masih melekat pada peninggalannya, yaitu pondok pesantrennya yang masih berdiri dan melahirkan ulama-ulama muda lain sebagai penerus.
Di Kabupaten Tabalong, yang menjadi kota maju berkat usaha pertambangan minyak dan batu bara pun, kini banyak ulama yang disegani masyarakat Islam. Dan, jamaahnya sangat banyak. Salah satunya adalah Asmuni—oleh orang lokal dikenal dengan nama Guru Danau.
Malam itu, Selasa pekan lalu, suasana di Tabalong sedikit berbeda dengan malam-malam biasanya. Di daerah Tanjung Mabuun, dekat dengan tugu obor yang menjadi simbol kabupaten ini, berderet-deret ratusan mobil terparkir di sana. Bahkan, ada pula mobil dengan pelat nomor dari luar Provinsi Kalimantan Selatan.
Ternyata, di sana sedang diadakan pengajian majelis taklim yang diikuti ribuan jamaah, yang dipimpin oleh Guru Danau langsung. Semua jamaah memakai busana berwarna putih dengan kopiah beraneka bentuk menutupi kepalanya.
Bagi jamaah perempuan disediakan ruangan tersendiri yang dipisahkan dari jamaah laki-laki dengan selembar kain. Semuanya khidmat, membaca zikir dan shalawat mengikuti pemimpin jamaahnya dengan penuh penghayatan.
Kiai Asmuni duduk di ruang utama rumahnya. Sedangkan, ribuan jamaah yang hadir, sekitar 4.000 orang, memadati seluruh halaman hingga ke gang-gang dan tepi jalan raya.
Pengajian ini dimulai dengan shalat Maghrib berjamaah, zikir bersama, dilanjutkan shalat Isya, shalawatan, pengajian, dan doa. “Saya telah berdakwah selama 35 tahun,” ujar Asmuni.
Hingga kini, ia telah memiliki tiga pondok pesantren di sekitar Kabupaten Tabalong. Badannya yang gagah dan tampilan karismatik adalah hal pertama yang terlihat dari diri Guru Danau ketika bertemu. Suaranya pun tenang dan nyaman didengar, bisa merasuk hingga ke hati.
Diakui oleh salah satu jamaahnya, Alfiyah (45 tahun), karisma sang kiailah yang membuatnya dicari para jamaah. “Jika mendengar Guru Danau berdakwah, rasanya lapang hati ini,” katanya.
Selain itu, menurutnya, ulama ini juga bisa membina para jamaah dan lingkungannya menjadi sangat religius. “Jika kita punya masalah, beliau selalu bisa memberikan solusi yang cerdas. Ketika bertutur kata, ulama ini bisa meneduhkan hati karena suaranya yang lembut tapi tegas, dan bisa dipercaya.”
Itulah mengapa setiap pengajian seperti ini, yang digelar dua pekan sekali, selalu dibanjiri jamaah dari berbagai penjuru Kalimantan. Lantunan zikir dan shalawat pun bergema memenuhi malam di kota kecil itu.
Satu hal yang menarik dari diri Asmuni, ia telah banyak mengislamkan orang. Di malam pengajian itu ada tiga orang mualaf yang dibimbingnya membaca syahadat.
Adalah Mawardi, Sugiyanto, dan Wahyudi yang dituntun untuk masuk Islam. “Hingga kini, sudah lebih dari 1.500 orang yang saya tuntun membaca syahadat,” kata Asmuni.
Tak berhenti di situ, ia pun tetap membimbing dan memuaskan keingintahuan para mualaf dan masyarakat non-Muslim tentang Islam.
Cita-citanya adalah dapat menggalang jamaah lebih banyak lagi, termasuk yang berasal dari luar Kalimantan. Ia juga berharap partisipasi masyarakat di Kalimantan Selatan lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan Islam.
n rosita budi suryaningsih