REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa
Seorang pria nampak keluar dari rumahnya yang berada di antara permukiman Muslim di kawasan Khai San Road, Kota Bangkok. Mengenakan sarung dan kopiah, ia menuju Masjid Chakrabongse yang berjarak tak jauh dari rumahnya. Shalat berjamaah, kemudian zikir dan shalawat bersama, persis aktivitas masjid tradisional di Indonesia.
Itu merupakan satu dari sekian banyak komunitas Muslim di ibu kota Thailand tersebut. Jika menelusuri bekas kanal-kanal Kota Bangkok, maka cukup banyak ditemui komunitas-komunitas Muslim yang hidup nyaman. Perlu menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki untuk menelusuri gang di sisi kanal di Bangkok.
Jumlah komunitas Muslim di Bangkok cukup banyak. Setiap komunitas terdiri dari 150 hingga 200 kepala keluarga. Mereka membentuk kelompok, menjauh dari hiruk pikuk kuil yang jumlahnya tak terhitung di setiap sudut kota. Tak sedikit komunitas yang kemudian mendirikan masjid hingga sekolah Islam kecil di lingkungan tempat tinggal mereka. Tujuannya agar lingkungan tetap madani meski sebagai kelompok minoritas.
Kendati membentuk komunitas, bukan berarti Muslimin Bangkok mengekslusifkan diri. Mereka tetap bersosialisasi dengan masyarakat umum yang mayoritas beragama Buddha. Sebagian mereka bahkan memilih tak bergabung pada komunitas Muslim, namun berbaur dengan masyarakat. "Meskipun banyak Muslim Bangkok memisahkan diri dari mayoritas Buddha, namun Buddha dan Muslim juga dapat ditemukan hidup bersama dengan damai dalam komunitas yang sama," tulis artikel bertajuk Muslim Bangkok dalam apeopleloved.com.
Lokasi komunitas Muslim di sekitar bekas kanal pun bukan tanpa alasan. Hal tersebut berdasarkan sejarah Muslim Bangkok generasi awal, yakni di abad ke-18. Saat itu pemerintahan Siam (nama sebelum Thailand), memperbudak banyak Muslim dan membawa mereka ke Bangkok. Mereka mempekerjakan Muslimin untuk menggali kanal tanpa bantuan alat. Oleh sebab itu, banyak Muslimin yang kemudian tinggal di sekitar kanal. Dari situlah sejarah Islam Bangkok dimulai. Saat ini kanal-kanal tersebut banyak yang telah mati, namun komunitas Muslim terus hidup dan berkembang.
Saat ini jumlah Muslimin di Bangkok diperkirakan mencapai lebih dari 250 ribu jiwa. Bahkan beberapa sumber lain menyebut jumlahnya saat ini telah mencapai satu juta. Secara nasional, Menurut PEW Forum, jumlah Muslimin Thailand mencapai 3,93 juta orang atau 5,8 persen total penduduk. Masyarakat umum melihat, komunitas Muslim Thailand lebih banyak tinggal di bagian selatan negara, yakni dekat perbatasan Malaysia.
Terdapat tiga provinsi Thailand Selatan yang menjadi rumah Muslim, yakni Pattani, Yala, dan Narathiwat. Namun, berdasarkan penelitian dari Departemen Luar Negeri Thailand, hanya 18 persen Muslimin yang tinggal di tiga provinsi tersebut. Justru di Bangkoklah konsentrasi terbesar Muslim Thailand.
Sebagian besar Muslimin Bangkok mengaku sebagai penduduk asli. Mereka berbahasa Thai dan menyebut sebagai Muslim Thailand. Namun, komposisi Muslim juga diwarnai para imigran asal Arab, Iran, Afghanistan, Pakistan, India, Cina, serta negara Asia Tenggara seperti Kamboja, Myanmar, Malaysia, dan Indonesia.
Kehidupan Muslimin Bangkok sangat tentram, dan damai. Sebagai agama minoritas terbesar, Islam mendapat tempat di berbagai sendi kehidupan. Thailand memang memberikan hak kebebasan beragama. Bahkan, Muslimin memiliki lembaga urusan agama dengan pemimpin seorang mufti bergelar Syaikhul Islam (Chularajmontree). Dialah yang memegang segala kebijakan Islam di bawah Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pendidikan. Sang mufti ini pun membawahkan wakil Muslimin di setiap provinsi dengan semua pusat kegiatannya berada di Bangkok, tepatnya di Islamic Center Ramkhamhaeng.
Pakaian Muslim
Bukan sekadar mendapat hak menjalankan ibadah, Muslimin Bangkok juga bebas mengenakan pakaian Muslim, termasuk jilbab bagi Muslimah. Meski bukan hari libur, Idul Fitri dan Idul Adha pun bebas dirayakan Muslimin. Mereka juga memiliki Bank Syariah di Bangkok. Toko dan restoran halal tersedia banyak terutama di lingkungan komunitas Muslim. Bahkan, secara nasional, sekarang ini terdapat lembaga layaknya MUI yang memberikan label halal pada kemasan pangan di Thailand. Pangan ini didistribusikan bebas di seluruh negara, tak hanya untuk Muslimin.
Saat ini di supermarket Indonesia juga banyak produk impor dari Thailand. Terlihat jelas mana produk impor yang halal dan haram karena memiliki label dari lembaga Muslim di Thailand. Selain itu, Muslimin Indonesia ikut menorehkan perkembangan dakwah di Thailand. Menurut halaman Muslim.or.id, salah satu pencetus sertifikasi halal di Thailand adalah Winai Dahlan. Ia merupakan orang Indonesia yang tidak lain adalah cucu dari ulama dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Pak Winai merupakan profesor sekaligus direktur Halal Science Center di Universitas Chulalongkorn, Bangkok.
Untuk urusan pendidikan, Muslimin Thailand pun tak pikir pusing. Pasalnya, jumlah sekolah Muslim di sana cukup banyak. Bahkan, di sekolah umum pun banyak dijumpai anak-anak Muslim yang dapat bebas menuntut ilmu tanpa merasa dikucilkan.
Seratus Masjid, Satu Jalan Islam
Bangkok berhasil menerapkan sistem masyarakat dengan toleransi beragama yang tinggi. Meski bangunan kuil bertebaran di setiap sudut kota tujuan wisata dunia tersebut, Muslimin tetap diberi izin leluasa untuk mendirikan masjid. Menurut thaiembassy.org, ada sekitar 2.000 masjid di Thailand, seratus di antaranya berada di Bangkok. Menjamurnya masjid di Bangkok berbanding lurus dengan komunitas Muslim di sana. Lokasi masjid-masjid tersebut memang sebagian besar berada di tengah komunitas. Masjid Chakrabongse, misalnya, berada di permukiman Muslim di kawasan Khai San Road. Lalu, ada pula Masjid Darul Aman di kawasan Ratchathevi, dan sebagainya.
Meski minoritas, Islam memang menjadi agama terbesar kedua di Bangkok dan Thailand secara umum. Dukungan negara untuk kebebasan beragama dimanfaatkan Muslimin Bangkok untuk memberikan kenyamanan ber-Islam bagi Muslimin. Menurut apeopleloved.com, masjid di Bangkok selalu membantu keistiqamahan masyarakat setempat. Mereka menanamkan iman dan adat Islam yang kuat dalam jiwa setiap Muslimin sehingga dapat menghadapi tantangan budaya mayoritas Buddha dan godaan materialisme dunia.