Selasa 30 Jul 2013 15:09 WIB

Sopir Taksi Muslim Selandia Baru Jadi Korban Rasisme

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad
Sopir Muslim Selandia Baru, Tariq Humayun
Foto: www.onislam.net
Sopir Muslim Selandia Baru, Tariq Humayun

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Tindak rasisme terhadap Muslim masih terjadi di Selandia Baru. Baru-baru ini, seorang sopir taksi mendapat perlakuan rasisme dari penumpangnya.

Kejadian ini mungkin bagian dari dinamika sosial. Namun, ada indikasi keberagaman belum sepenuhnya diterima masyarakat Selandia Baru. Fakta ini merupakan realitas kehidupan yang harus dihadapi kalangan imigran dan minoritas.

"Memalukan dan sayang masih berlanjut di Selandia Baru," kata Komisaris Polisi Bidang Hubungan Antar Ras, Dame Susan Devoy kepada Onislam.net, Selasa (30/7).

Menurut dia, kebebasan berekspreasi dan berbicara tidak mendorong seseorang menjadi ofensif. Kebebasan ini harus melihat ada hak dasar lain seperti kebebasan beragama. "Apa yang dialami Tariq Humayun jadi contohnya," kata dia.

Kejadian rasisme ini bermula ketika Tariq, seorang supir taksi mengambil penumpang di Invercargiil. Diketahui penumpang itu bernama Greg Shuttleworth, karyawan Jesco. Ketika memasuki taksi sekitar pukul 00:30, ia mulai memaki Tariq.

"Anda ini bukan asli Selandia Baru, Sebaiknya anda kembali ke Pakistan. Anda Muslim kan, Anda telah menginflitrasi negara kami, Anda pun senang akan hal itu," kata Greg. "Saya akan membayar Anda 7 dollar Selandia Baru, ketika Anda akan kembali ke negara Anda," kata dia lagi.

Mendengar makian itu, Tariq tetap tenang. Ia tetap menghormati Greg sebagai tamunya. Tanpa disadari, apa yang dilakukan Greg terekam dalam taksi. Rekaman ini selanjutnya diunggah ke situs jejaring Youtube.

Namun, Tariq tak menahu mengapa rekaman itu bisa muncul ke publik. Bagi publik, prilaku Greg itu sangat disayangkan. "Jelas dia sangat malu. Saya berharap pria ini bisa meminta maaf kepada Tariq. Kami pihak kepolisian tidak bisa menuntutnya, karena mereka bisa berkata apa yang mereka suka," kata dia.

Wali Kota Invercargill, Tim Shadbolt mengaku rasisme muncul karena ketidaktahuan dan kesalahpahaman. "Sejauh ini saya merasa tidak ada masalah dengan itu. Istri saya seorang India. Saya pikir begitu jarang masyarakat di sini bertemu dengan warga 'asing'." kata dia.

Direktur Federasi Taksi, Tim Reddish mengaku serangan rasisme umum terjadi di Selandia Baru. Jadi, serangan yang dialami Tariq bukanlah hal yang mengejutkan. "Ini fakta pahit yang harus dialami supir taksi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement