Ahad 21 Jul 2013 10:32 WIB

Masjid Cut Meutia: Vian Memang Mualaf

Virgiawan Sentosa
Foto: Republika/Mg15
Virgiawan Sentosa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Masjid Cut Meutia, Jakarta, Ustaz Abdul Latif, menyatakan, sudah mengislamkan seorang pemuda bernama Virgiawan Sentosa pada pekan lalu. Latif pun mengungkapkan, sudah memberikan sertifikat tanda keislaman kepada pemuda keturunan Medan tersebut.

"Sebelum Jumat sertifikat mualafnya sudah kita berikan,"ungkap Latif saat dihubungi RoL, Ahad (21/7). Dia menjelaskan, pemuda tersebut memiliki nama lengkap atau nama baptis Alvonsus Rudigues Inigo Paulus Virgiawan Santoso Vanrom.

Menurut Latif, Vian pertamakali datang ke Masjid Cut Meutia dua pekan lalu untuk meminta diislamkan. Akan tetapi, Vian tak memiliki identitas. Dia pun hanya berikrar syahadat di hadapan Latif.

"Kemudian kita minta Vian buat pulang kerumahnya di Bandung,"ujarnya. Vian pun menyanggupinya. Beberapa hari kemudian, Vian kembali menginformasikan kepada Latif jika ayahnya baru saja meninggal dunia karena serangan jantung.

Vian meminjam uang kepada Abdul Latif untuk ongkos pergi ke Bandung untuk melihat ayahnya terakhir  ali. Kepada Latif, dia mengaku kembali diusir oleh ibunya karena ayahnya ternyata baru saja meninggal dunia terkena serangan jantung. Sang ibu pun menyalahkan Vian atas kematian ayahnya. 

Latif pun memberi toleransi kepada Vian. Dia kemudian meminta Vian membuat identitasnya di selembar kertas untuk dibuatkan sertifikat mualaf. Pada Jumat (19/7), sertifikat tersebut diberikan.

Di hari yang sama, redaksi RoL mengundang Vian untuk berbincang di Graha Pejaten, Jakarta. Di ruang meeting, Vian mengungkapkan kebahagiaan sekaligus kegelisahannya usai menjadi Muslim. "Nama aku Muhammad Iwan sekarang. Panggilnya Muhammad,"ujarnya, sambil menunjukkan sertifikat mualafnya kepada RoL.

Pemuda berusia 27 tahun itu memilih nama Muhammad Iwan karena kagum sosok seorang Ustaz di Masjid Al Huda, Depok yang bernama sama. Muhammad pun meminta ijin kepada ustaz tersebut untuk menggunakan namanya."Dia orangnya tangguh, makanya aku senang sama dia,"jelasnya. 

Muhammad mengaku masih berjualan plastik di sekitar Pasar Kemiri, Depok. Dengan modal sekadarnya, dia berupaya mencari uang untuk berbuka. Selain itu, Muhammad mengerjakan 'proyek' dua hari untuk membersihkan kelapa. Tempatnya, di Pasar Baru, Tangerang. 

Dia mengaku, mendapatkan uang Rp 45 ribu dari bandar kelapa usai bekerja dua hari. Selain itu, dia kerap mendapat bonus lebih dari hasil 'proyek' kecil-kecilan itu. "Lumayan bisa sahur gratis,"jelasnya.

Selain bahagia, Muhammad merasa gelisah. Dia mengaku takut karena banyaknya telepon yang menghubunginya usai adanya pemberitaan di RoL. Dia pun meminta kepada awak redaksi untuk tidak memberikan lagi nomor teleponnya. "Sudahlah, kalau bisa ditutup saja,"ujarnya.

Dia menjelaskan, ada seseorang yang meneleponnya dan menjanjikan bantuan. Awalnya, Muhammad mengaku ingin mandiri dan menolak permintaan tersebut. Hanya, adanya sms yang masuk ke nomor handphone-nya soal adiknya yang kecelakaan membuat Muhammad galau.

Dia pun kembali mengontak orang tersebut dan mengaku meminta uang RP 300 Ribu untuk ongkos ke Bandung. "Waktu itu aku panik karena baru dikontak dari nomor  yang aku gak kenal. Padahal, di Bandung cuma adikku yang tahu nomor itu,"jelasnya.

Hanya, gayung tak bersambut. Muhammad tak mendapat bantuannya lantaran dicurigai hendak menipu. Menurutnya, orang itu mengaku sudah mengonfirmasi Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengenai kecelakaan yang diderita adiknya. Akan tetapi, pihak RSHS tak merasa memiliki pasien atas nama adiknya. 

"Dia bertanya ke rumah sakit nama panggilan. Padahal adik saya punya nama baptis sama seperti saya,"jelasnya. Kejadian lainnya, Muhammad mengaku sering dicari orang di Pasar Kemiri. Bahkan, fotonya dipampang di pojok pasar. "Memang saya salah apa ya, kok jadi seperti ini,"ujarnya.

Setelah kejadian itu, Muhammad memutuskan untuk tidak lagi menanggapi telepon-telepon yang masuk. Dia pun berjanji untuk hidup mandiri sebagai mualaf di Depok tanpa harus merepotkan orang lain. "Saya tak mau dikasihani,"jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement