REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga mahal tak menjadi halangan bagi umat yang ingin mengunjungi Tanah Suci. Salah satu solusinya yaitu, dengan menjalankan umrah secara backpacker. Salah seorang yang pernah menunaikan umrah secara backpacker, Herman, mengaku sangat senang bisa memenuhi dahaga spiritualnya ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Apalagi perjalanan yang dilakukannya cukup unik dengan menempuh jalur berbeda dibanding jamaah pada umumnya. "Pilihan memilih paket ini, pertama karena murah. Kedua, karena ingin menikmati perjalanan spiritual dengan cara beda," ujarnya, Selasa (16//7).
Herman mengaku, hal yang paling terasa saat menjalani umrah paket hemat adalah badan terasa lebih capai. Namun, karena sejak awal memang ingin menanggung risiko dengan memilih paket backpacker, ia senantiasanya menikmati setiap momen di Tanah Suci.
Ia berkisah, dalam rombongannya pernah ada seorang bapak yang mengeluh kelelahan karena badannya sakit. Namun setelah diingatkan agar tidak mengeluh dan ikhlas menjalani semua, bapak itu tiba-tiba bertemu orang Arab yang fasih berbahasa Indonesia. Oleh orang Arab, bapak itu diberi minuman air mineral.
"Setelah menenggak beberapa teguk, sang bapak langsung sembuh penyakitnya. Inilah hikmah ikut umrah backpacker," katanya.
Herman menyarankan, agar orang berusia di atas 40 tahun tidak mengambil paket murah. Karena selain cukup merepotkan juga memang menguras energi. Dari pada selama perjalanan hanya mengeluh hingga membuat ibadah umrahnya terganggu, lebih baik mengambil paket reguler.