REPUBLIKA.CO.ID, SARAJEVO -- Muslim Bosnia perkuat identitas diri dengan menggabungkan status mereka sebagai Muslim dengan warga Eropa. Ini dilakukan, dengan harapan dapat mengejar ketertinggalan selepas perang saudara dua dekade lalu.
Semangat penyatuan ini tercermin dengan keterbukaan Bosnia terhadap bantuan saudara mereka dari dunia Islam seperti Arab Saudi, Turki, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Mereka juga sedang bekerja keras untuk menyatu dengan Uni Eropa kendati banyak penolakan terkait pencalonan itu, khususnya dari negeri tetangga, Kroasia.
Direktur Lembaga Think-Thank berbasis di Sarajevo menilai secara emosional Bosnia terikat dengan Turki. Ini yang membuat Bosnia menjadi bagian dari Dunia Islam. Secara geografis, Bosnia mengakar di Eropa. "Kami ini Muslim. Tapi berbeda dengan negeri Islam, kami negeri Muslim Eropa," kata dia seperti dikutip The National, Rabu (3/7).
Keinginan Bosnia untuk bergerak maju bukan tanpa kendala. Kondisi internal dan sisa-sisa perang saudara masih terasa. Situasi ini membuat warga Bosnia frustasi.
"Kami dekat dengan Turki secara emosional dan historis, tapi mereka belum melirik kami secara investasi. Mereka datang, tapi tidak lama ini karena situasi politik dalam negeri yang kurang stabil," ungkap Akay Ceylani, Direktur Institut Bosniak.
Ceylani mengatakan sejauh ini Turki merupakan rujukan Bosnia untuk bangkit. Selain kinerja ekonomi Turki yang menjanjikan, mereka memiliki hubungan yang baik dengan Barat dan dunia Islam. Tak heran bila, warga Bosnia menaruh minat belajar dan bekerja di Turki.
"Berbeda ketika mereka melihat negara Islam di jazirah Arab. Padahal, negara-negara di kawasan itu membuka pintu selebar-lebarnya untuk belajar," kata dia.