REPUBLIKA.CO.ID,oleh: Abah Alwi Shahab
Pada 1931, ada peristiwa penting bagi umat Islam di Jakarta dengan munculnya dua buah rumah yatim piatu pada waktu hampir bersamaan. Pertama, pada Juli 1931, berdiri Rumah Yatim Piatu Muslimin di kawasan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Sampai saat ini, rumah yatim piatu ini masih kita dapati seolah-olah terimpit dengan pusat perdagangan yang ramai di Senen.
Dua pekan kemudian, pada 12 Agustus 1931, berdiri Daarul Aitam (Rumah Yatim Piatu) di Jalan KH Mas Mansyur yang kala itu bernama Jalan Karet, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Seperti juga di Senen, Daarul Aitam kini berada dan diimpit oleh ratusan pertokoan di sekitarnya. Karena dianggap sudah tidak cocok untuk tempat tinggal (asrama) para yatim piatu, Panti Asuhan Daarul Aitam dipindahkan ke daerah yang lebih nyaman di Jalan Kahfi, Ciganjur, Jakarta Selatan.
Keberadaan dua rumah yatim piatu ini tidak dapat dipisahkan dari situasi waktu itu. Kala itu, terjadi resesi ekonomi yang parah yang tentu saja dampaknya sangat dirasakan oleh masyarakat, khususnya mereka yang miskin dan tidak terkecuali para yatim piatu.
Gunawan, seorang dermawan, dan Sayid Abubakar bin Muhammad al-Habsyi, seorang ulama terkemuka di Tanah Abang, membangun Rumah Yatim Piatu Muslimin kala itu. Dia dan kawan-kawannya, para ulama dan habib, mengumpulkan dana yang seluruhnya dapat dihimpun sebesar 1.860 gulden, suatu jumlah yang besar saat itu.
Rupanya, kesadaran umat makin meningkat meskipun dalam situasi kriris ekonomi yang parah hingga jumlahnya mencapai 3.500 gulden. Dari dana tersebut dibangunlah sebuah persil berukuran 24 x 7,5 meter di Jalan Karet 47 (kini Jalan KH Mas Mansyur) Tanah Abang. Di depannya terdapat lapangan luas untuk tempat bermain dan kegiatan anak-anak asuh. Bagian penerangan berkeliling dari satu kota ke kota lainnya untuk menyampaikan berdirinya Daarul Aitam (Rumah Yatim Pisatu) Muslimin.
Pada 2008, karena lokasi Daarul Aitam tak kondusif lagi untuk para yatim piatu yang lokasinya sudah diselimuti gedung-gedung bertingkat dan pencakar langit, lokasinya pindah ke Jalan Kahfi, Jagakarta, Jakarta Selatan. Berlainan dengan kawasan Tanah Abang yang merupakan kawasan bisnis di Jakarta, di tempat yang baru ini lebih tertata dengan rapi. Apalagi, lokasinya belum banyak gedung bertingkat hingga memudahkan para anak dididik untuk belajar dan melakukan kegiatan-kegiatan lain.
Pekan lalu, berbarengan dengan libur sekolah, para yatim piatu melakukan pemeriksaan kesehatan. Menurut dr Idrus Shahabuddin, dokter yang bertugas di panti asuhan tersebut, pemeriksaan kesehatan dilakukan tiap tahun sebelum libur puasa. Dr Idrus selama lebih 10 tahun siap untuk melakukan pemeriksaan bila dilaporkan di antara para yatim ada yang menderita sakit.
Pada saat acara pemeriksaan kesehatan, dengan melakukan pemeriksaan terhadap 60 orang (34 wanita dan 26 pria), rumah yatim piatu ini juga melakukan hal yang sama terhadap yatim nonpanti yang jumlahnya 107 orang. Di Daarul Aitam, para yatim piatu di samping mendapat pendidikan, juga kesehatannya selalu dipantau, seperti dikemukakan Sayid Abdurahan M Alaydrus, salah seorang pengurus.