REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Mohammad Akbar
Deretan pohon kurma dan palem menghiasi tampilan Masjid Baitul Ihsan. Sebuah keindahan yang asri tersaji di halaman depan masjid yang berada di lingkungan kompleks PLN Gandul, Depok. Dari luar, pesona masjid yang berdiri di atas hamparan sekitar 1.000 meter persegi ini telah terlihat.
Bangunan utamanya berbentuk kotak. Luas bangunan masjid ini sekitar 800 meter persegi. Tetapi, sebagai ornamen penghiasnya dihadirkan bentuk lengkung an yang lebih mencerminkan adopsi gaya arsitektural bangunan Islam di Kordoba, Spanyol.
Secara umum, masjid ini memiliki empat kubah. Kubah utama berukuran diameter sekitar 20 meter. Letaknya ber ada di bagian tengah bangunan. Pada bagian kubah utama ini, terlihat ku bah kecil yang ditumpukkan pada bagian atas dengan lambang bulan sabit di bagian ujungnya. Tampilan kubah kecil yang menumpuk ini pada dasarnya hanya sebagai bentuk hiasan saja bagi kubah utama.
Selain kubah utama, terdapat pula dua kubah yang berukuran lebih kecil. Posisi kubah tersebut tepat berada di atas menara. Sedangkan, satu kubah lainnya berada di bagian mihrab. Sayang nya, untuk kubah yang terakhir ini tidak begitu jelas terlihat jika kita berada di sisi halaman muka masjid.
Lengkung-lengkungan
Dua menara menghiasi bagian mu ka masjid. Adopsi desain menara ini lebih menyerupai tampilan fasad di Masjid Raya Bogor. Tampilannya mengadopsi desain hypostyle atau Arabplan. Gaya ini menjadi salah satu keagungan seni arsitektur Islam yang pernah tumbuh pada masa Abbasiyah dan Umayyah.
Bagian menara ini menyatu dengan bagian inti masjid. Bagian dasar menaranya berbentuk kotak. Dengan posisinya yang menyatu dan berbentuk kotak itulah yang memberikan ke san gagah bagi tampilan fasad mas jid. Sedangkan, untuk bagian selasar masjid, dihiasi oleh atap yang melengkung. Lengkunganlengkungan itu menghiasi setiap ruas antartiang. Tampilan lengkungan semacam ini juga banyak terlihat pada bangunan bergaya hypostyle.
Cecep Supendi, manajer operasional Masjid Baitul Ihsan, menceritakan tampilan yang ada sekarang ini sebenarnya merupakan hasil renovasi. Dulu, masjid ini berbentuk persegi enam dengan bentuknya yang sederhana.
Lantas merujuk pada prasasti yang tertempel di dinding masjid, renovasi masjid ini peresmiannya ditandatangani oleh Eddie Widiono, direktur Utama PT PLN, 17 November 2006. “Tampilan bergaya Eropa yang muncul sekarang ini lebih ditujukan pada kepentingan artistiknya saja, tak banyak makna yang disimpannya,” kata dia saat berbincang kepada Republika.
Lalu, ketika melihat ke bagian interior, sentuhan seni tak terlalu begitu menonjol. Bentuk melengkung justru lebih menonjol pada bagian jendela. Dengan menggunakan material kayu, kusen dan jendela masjid yang dipilih berbentuk melengkung. Bentuk tersebut terlihat serasi dengan tempias yang juga membentuk tampilan melengkung.
Sedangkan, pada bagian mihrab yang lebih ditonjolkan adalah hiasan dari bahan granit. Setiap sisi dari hamparan granit itu dibuat dengan sisi miring 45 derajat. Hiasan semacam ini juga selaras dengan kacakaca jendela masjid yang dibuat dengan teknik kaca bevel.
Di bagian atas mihrab terdapat sebuah bulatan yang memancar sinar. Di dalam bulatan itu tertulis kalimat Allah dalam bahasa Arab. Sedangkan, cahaya yang muncul itu tak lepas dari pilihan kaca patri yang dipakai. Sebagaimana fungsi dari kaca patri maka cahaya yang masuk tidak langsung menyeluruh, sehingga membuat suasana di dalam menjadi panas. Cahaya yang melewati kaca patri ini menjadi me mendar se hingga mem berikan efek luas bagi cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Inilah yang tersaji pada bagian interior masjid.
Mengutamakan pemanfaatan
Pada bagian mihrab ter dapat pula bentuk ce kungan atau ceruk. Di bagian ceruk inilah terdapat lubang. Di bagian atasnya menjadi tempat kubah. Di bagian ini tak terlalu banyak dihadirkan ornamenornamen yang mendetail.
Sementara, pada bagian bawah kubah utama juga demikian. Tampilan yang tersaji hanya dominasi sebaran cat berwarna putih tanpa diberikan hiasan yang menambah nilai estetika. Permainan seni kaligrafi yang ada di masjid ini hanya tersaji di beberapa bagian saja. Di antaranya, mengelilingi bagian balokan di bawah kubah yang berbentuk kotak persegi empat.
Adapun kaligrafi yang menghiasinya berasal dari penggalanpenggalan surat di dalam Alquran, seperti Surat atTaubah ayat 18, atTaubah (108), alBaqarah (284), atTahrib (6), dan alAnkabut (45). Hiasan kaligrafi lainnya berisi huruf Arab tentang namanama baik Allah atau As maul Husna. Penempatan As maul Husna itu disebar ke setiap sudut ruangan. Setiap Asmaul Husna itu dibingkai dalam ruang bujur sangkar.
S e c a r a umum pada bagian interior ini terdapat dua lantai. Lantai bawah digunakan sebagai ruang ibadah bagi jamaah lelaki, sedangkan pada lantai balkon menjadi tempat ibadah bagi kaum hawa dan juga seba gai tempat pe nampung tambahan jika lantai ba wah sudah terisi penuh. “Daya tampung di sini bisa mencapai 1.000 jamaah lebih,” ungkap Cecep.
Cecep menjelaskan secara konsep masjid ini tidak terlalu terpatok pada sebuah adopsi desain Eropa atau Timur Tengah. “Tetapi, lebih mengedepankan sisi manfaatnya saja. Kalaupun terlihat indah, itu menjadi nilai tambah bagi masjid ini,” ujarnya.
Semarak Kegiatan di Rumah Kebaikan
Kehadiran sebuah masjid tak selamanya hanya mengandalkan sisi keindahannya. Tapi, jauh lebih bermanfaat adalah bagaimana menjadikan peran masjid ini mampu memberi faedah bagi lingkungan sekitar. “Konsep itulah yang coba kami ke depankan. Sebagaimana makna dari Baitul Ihsan maka kami ingin masjid ini bisa menjadi tempat yang memberi kebaikan dan manfaat bagi orangorang yang ada di sekitarnya,” kata Cecep Supendi, manajer operasional Masjid Baitul Ihsan.
Cecep pun menjelaskan sejumlah aktivitas yang diharapkan bisa menyemaikan nilai-nilai kebaikan bagi lingkungan sekitar. Di antaranya, di masjid ini terdapat juga sekolah setingkat SMP dan SMK. “Sekolah ini ditujukan bagi kaum dhuafa. Biayanya gratis,” kata dia.
Selain menyediakan pendidikan formal, Cecep juga menjelaskan, secara rutin pula pihaknya menggelar kegiatan yang mempertebal nilai keimanan. Bentuknya majelis taklim, kajian keilmuan dan Alquran, hingga pembinaan Alquran bagi anak-anak. “Alhamdulillah untuk kegiatan kajian Islam kami melakukannya secara rutin, mulai dari Senin hingga Ahad selalu ada,” ujarnya.