REPUBLIKA.CO.ID, Selain Vatikan, terdapat negara yang dikenal paling Katolik di Dunia. Sebanyak 98 persen populasinya menganut agama Katolik Roma, agama yang juga menjadi paham resmi di negara Eropa Selatan itu.
Republik Malta, demikian nama negara tersebut. Meski mayoritas Katolik, terdapat Muslimin yang hidup nyaman di sana. Menurut Times of Malta, jumlah Muslimin sekitar enam ribu jiwa dari total populasi sekitar 450 ribu jiwa.
Malta merupakan negara pulau yang berlokasi di Laut Mediterania. Luas wilayahnya hanya 316 kilometer persegi hingga menjadikannya negara terkecil di dunia. Jika dibandingkan dengan Indonesia, maka Malta tidaklah lebih besar dari Surabaya. Dengan lokasinya di laut penghubung Eropa dan Afrika, Malta pernah menjadi bagian dalam dakwah penyebaran Islam. Dalam sejarah, wilayah ini pernah menjadi bagian dari emperium besar Muslimin, Turki Utsmani.
Sejarah awal mula Islam di Malta yakni saat Turki Utsmani berhasil membuka beberapa wilayah Eropa dari kekuasaan Bizantium. Pada 870 Masehi, ketika pasukan Muslimin berhasil membuka Sisilia, Malta pun ikut serta menjadi kawasan Muslimin. Lokasi Malta memang hanya berjarak 80 kilometer di sebelah selatan Sisilia.
Sejak itu, Muslimin pun hidup nyaman di sana. Mereka membangun perekonomian dan peradaban. Bahkan, menurut Malta Today, bahasa Malta lahir dari bahasa Arab. Tak sedikit nama tempat atau jalan yang diambil dari bahasa Arab. Lebih dari 43 persen bahasa Malta merupakan serapan dari bahasa Arab.
Sebelum pasukan Kristen Norman menyerbu pada 1091, jumlah Muslimin yang tinggal di Malta amat banyak. Dalam buku Malta Before The Knights disebutkan, Malta di abad kesembilan atau seabad setelah pembukaan Islam, populasinya didominasi Muslimin. Lebih dari 14 ribu penduduk merupakan Muslimin, sementara Kristen hanya 30 persen atau sekitar enam ribu jiwa. Saat di bawah kekuasaan Kristen Eropa, Muslimin masih diberi hak kebebasan hingga abad ke-13. Pada tahun 1224, Muslimin mulai diusir dari Malta.
Tak akan ada yang menyangka negeri Katolik ini pernah menjadi bagian dari sejarah Islam. Saat ini jumlah Muslimin hanya sebatas enam ribu jiwa. Sebagai minoritas, mereka selalu menjadi fenomena. Bahkan, disebutkan angka tersebut didominasi oleh imigran. Lebih dari setengah Muslimin Malta merupakan warga asing ataupun hasil naturalisasi. Hanya pada angka ratusan saja Muslimin yang merupakan kelahiran asli Malta.
Meski sebagai minoritas, komunitas Muslimin selalu menjalin hubungan baik dengan masyarakat umum. Imam masjid bahkan menjalin hubungan baik dengan uskup agung mayoritas penduduk. Muslimin juga sangat vokal dalam menyerukan hak mereka. Sehingga, hak mereka terpenuhi sebagai komitmen negara untuk kebebasan beragama.
Malta Today menyebutkan, meski Katolik agama mayoritas, banyak penganut keyakinan agama lain yang hidup di Malta. Tak hanya Muslimin, terdapat pula penganut Yahudi, Fremansory, Budha, Hindhu, dan sebagainya. Namun, Islam merupakan agama minoritas terbesar di sana.
Dalam menjalankan ibadah, Muslimin memiliki sebuah masjid di Kota Paula, tak jauh dari Ibu Kota Valletta. Di sana juga terdapat sekolah Islam sehingga memungkinkan mereka, baik anak-anak mapun dewasa, mempelajari agama. Sebuah pemakaman Muslimin juga disediakan tak jauh dari areal masjid.
Secara umum Musliminin tak banyak kesulitan dalam menjalankan syariat. Hanya saja dalam kebebasan berjilbab, tokoh Muslimin di Malta, Imam Muhammad masih terus membujuk pihak pemerintah untuk mengizinkan jilbab di tempat kerja. Ia menjalin komunikasi dengan Perdana Menteri Malta mengenai hak Muslimah tersebut.
Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan pangan halal, Muslimin Malta tak mengalami kesulitan. Banyak toko halal tersebar di negara tersebut. Untuk daging halal, terdapat Al Medina Halal Butcher milik warga keturunan Suriah yang menjamin pemotongan hewan secara syar'i. Terdapat pula pasar Turki yang selalu menyediakan makanan halal. Selain itu, terdapat pula toko khusus bahan pangan halal di tengah kota bernama Rayan. N ed: anjar fahmiarto
Masjid Paula
Masjid Paula di Kota Paula, inilah satu-satunya masjid yang ada di Malta. Struktur bangunannya cukup megah dengan sebuah menara yang menjulang tinggi dan sebuah kubar besar berwarna hijau. Di samping bangunan masjid, terdapat bangunan sekolah Islam Mariam Al-Batool.
Bahkan, kedua bangunan tersebut terhubung atau menempel. Lokasi masjid berada di atas bukit Corradino, sehingga cukup menguras tenaga Muslimin untuk berjalan menuju jalanan yang menanjak. Jika dari pemberhentian bus, maka perlu berjalan selama 10 menit menanjak bukit untuk menuju masjid.
Masjid ini berdiri sejak 1978 atas bantuan sebuah yayasan Islam milik Libya bernama World Islamic Call Society. Malta memang bertetangga dengan Libya. Lokasinya sekitar 333 kilometer dari negara Afrika Utara tersebut. Dalam perkembangannya kemudian dibangun di sekitarnya area sekolah dan area pemakaman Muslimin.
Gaya masjid Paula lebih mirip masjid di negara di Libia dibanding gaya Turki Utsmani. Padahal dalam sejarah, Turki Utsmani pernah menorehkan kejayaannya di sana. Namun, masjid peninggalan mereka diperkirakan telah lenyap.