REPUBLIKA.CO.ID, Maraknya aksi kekerasan atas nama agama belakangan ini mengundang keprihatinan sejumlah pihak.
Kondisi tersebut, menurut Rektor Universitas Islam Madinah, Arab Saudi, Prof Mohammed bin Ali al-Ogla, terjadi akibat tidak adanya pengetahuan yang memadai dan sikap bijak dalam menghadapi antarentitas agama yang berbeda.
Republika mewawancarai Rektor Universitas Islam Madinah Prof Mohammed bin Ali al-Ogla. Berikut petikannya.
Dunia sedang dihadapkan pada serentetan konflik, Apa Komentar Anda?
Dunia sekarang sedang menghadapi konflik klise yang berkembang di sepanjang sejarah peradaban manusia, yakni konflik dan ketegangan antarumat beragama yang mencoba untuk menghujat simbol-simbol agama samawi, meliputi kitab suci, nabi, dan keyakinan prinsip lainnya. Ini terjadi akibat tidak adanya pengetahuan yang memadai dan sikap bijak dalam menghadapi antarentitas agama yang berbeda.
Padahal, teori dan prinsip damai dalam berdialog itu adalah dasar utama yang ditekankan syariat Islam dalam menyikapi pemeluk agama lain. Ini seperti disebutkan dalam Alquran surah al-Ankabuut ayat 46, “Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik.”
Ini di samping banyak hadis dan teladan Rasulullah SAW yang memperkuat etika dan prinsip-prinsip ketika berdebat dengan ahlul kitab secara bijaksana. Apa yang dicontohkan Rasul tersebut adalah implementasi dari surah an-Nahl ayat 125, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”
Inisiatif Raja Kerajaan Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz dalam rangka mewujudkan dialog antarpengikut agama dan peradaban, mendapat respons positif dari para cendikiawan dunia dan entitas agama yang berbeda. Ini kemudian mendorong Raja Abdullah mendirikan Pusat Dialog Internasional Antarpemeluk Agama dan Peradaban Raja Abdullah bin Abdul Aziz. Upaya ini adalah bentuk konkret dalam merealisasikan perdamaian dan menghindari kekerasan dalam peradaban umat manusia.
Sejauh mana perhatian dari Kerajaan Arab Saudi?
Seminar ini akan menguatkan komitmen inisiatif Pelayan Dua Tanah Suci, seperti dialog antaragama dan program lainnya yang berupaya untuk menunjukkan keseriusan Kerajaan Arab Saudi dalam mengampanyekan toleransi dan keluhuran Islam. Terutama, mengupayakan dialog lintas agama yang melibatkan berbagai unsur untuk merealisasikan perdamaian internasional dan usaha menjauhkan konflik, rasa takut, dan peperangan yang hanya akan menyisakan kehancuran, kerugian jiwa, dan kerusakan materi. Saya berharap, materi-materi yang disajikan sepanjang seminar dapat berkonstribusi menciptakan perdamaian yang kita idam-idamkan.
Apa kesan Anda terhadap Indonesia?
Kita bangga kepada Indonesia sebagai negara saudara dengan sejarah dan peradaban Islam di dalamnya. Terlebih, mahasiswa Indonesia yang belajar di sana sangat menonjol dengan ketekunan dan kemampuannya menguasai pelajaran. Dalam ranah pemerintahan, kerja sama bilateral kedua negara yang bertambah baik merupakan bukti kedekatan antarkeduanya.
Tentunya, kerja sama ini akan terus ditingkatkan demi kemaslahatan kedua negara dan umat Islam secara keseluruhan. Tak lupa saya berterima kasih kepada semua pihak pendukung, Pelayan Dua Tanah Haram, Pemerintah RI, dan Universitas Islam Indonesia (UII) atas kerja sama yang baik. Semoga kerja keras kita mendapat rida Allah SWT.