REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: M Irwan Ariefyanto
Istilah Isra dalam kajian sejarah Islam berarti perjalanan pribadi Nabi Muhammad SAW pada malam hari dalam waktu yang amat singkat dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, Palestina. Sedangkan Miraj berarti kenaikan Beliau dari Masjidil Aqsa ke alam atas melalui beberapa tingkatan, terus menuju Baitul Makmur, Sidratul Muntaha, Arsy (tahta Tuhan), dan Kursi (singgasana Tuhan) hingga menerima wahyu di hadirat Allah SWT.
Peristiwa yang terjadi pada 27 Rajab, setahun sebelum Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah, mengandung perintah yang mewajibkan kepada kaum muslimin untuk mendirikan shalat lima waktu sehari semalam, yang merupakan tiang agama.
Ayat suci Alquran menerangkan peristiwa tersebut dalam surat Al-Isra, ayat 1: ''Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Pendengar dan Maha Mengetahui.''
Dr Mustafa Mahmud, seorang sejarawan Islam dari Mesir menyatakan, peristiwa yang penuh mukzizat itu mempunyai arti yang penting dan sangat agung dalam kehidupan rohani Nabi. Karena perisitiwa itu merupakan audiensi teragung yang tidak akan pernah tertandingi hingga akhir zaman, yakni Nabi menerima panggilan untuk beraduiensi ke hadirat Allah SWT.
Kaum kafir Quraish mengejek sejadi-jadinya ketika peristiwa itu diceritakan oleh Rasulullah kepada mereka. Menurut mereka, sangat mustahil manusia bisa ''terbang'' ke langit. Bahkan dari peristiwa itu, ada pemeluk yang kemudian menjadi murtad. Dengan maksud mengejek, kaum kafir Quraisy itu lalu mendatangi Abu Bakar untuk melaporkan keterangan Nabi yang dianggapnya bohong itu.
Setelah pertemuan dengan kafir Quraisy itu, Abu Bakar yang pernah mengunjungi Yerusalem, lalu mendatangi Nabi dan mendengarkan penjelasan Beliau. ''Rasulullah, saya percaya,'' kata Abu Bakar dengan suara mantap. Sejak itu Nabi SAW memanggil Abu Bakar dengan As-Shiddiq (yang tulus hati - yang sangat jujur).
Mohammad Husain Haekal dalam buku Sejarah Muhammad menggambarkan Isra Miraj dengan mengatakan, apabila jiwa telah mencapai kekuataan dan kesempurnaan yang begitu tinggi seperti yang telah dicapai oleh jiwa Nabi, maka sangat pantas bila Allah memperjalankan Beliau pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, guna memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya.