REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa
Meski minoritas, umat Muslim bisa nyaman beribadah.
Menyebut Madrid, mungkin yang langsung teringat di benak ialah klub sepak bola raksasa Real Madrid. Klub yang menaungi pemain Muslim ternama Mesut Oezil ini memang amat terkenal tak hanya di Spanyol, tapi seluruh dunia. Oezil hanyalah satu dari banyaknya kaum Muslim yang tinggal di Kota Madrid, kota terluas di Spanyol. Sejak abad kesembilan, Islam memang telah datang ke Spanyol. Inilah pintu gerbang bagi Islam masuk ke Eropa. Tak heran jika Islam amat berkembang di Negara Matador tersebut.
Meski Madrid telah ada sejak zaman prasejarah, Ibu Kota Spanyol ini baru memasuki era sejarah ketika kedatangan Musliminin. Di bawah kepemimpinan Muhammad I (850-866), Musliminin bergerak dari Cordoba ke Madrid. Seperti diketahui, kekhalifahan Bani Umayyah meluaskan Islam hingga tanah Eropa. Cordoba (Cordova) merupakan titik pertama Musliminin menguasai Barat sebelum kemudian merambah hingga hampir seluruh Andalusia.
Ketika sampai di Madrid, Muhammad I membangun benteng pertahanan di sebuah bukit di tepi kiri Sungai Manzanares. Benteng ini sangat kokoh melindungi Kota Madrid yang ekonominya sangat maju kala itu. Disebutkan pula, sang khalifah juga memerintahkan pembangunan sebuah istana kecil di tempat yang sama yang saat ini ditempati oleh Real Palacio. Di sekitar istana tersebut, dibangun benteng kecil, al-Mudayna.
Nama Madrid pun berasal dari bahasa Arab al-Majrit, yang berarti saluran air. Nama tersebut diambil karena saat itu sistem irigasi Andalusia sangat bagus. Sungai Manzanares menjadi sumber air utama. Al-Majrit, dengan tha' juga bermakna sumber air. Kemudian, nama al-Majrit ini pun menjadi ejaan modern setempat sehingga menjadi Madrid.
Saat Islam berkuasa, banyak pembangunan yang dilakukan. Perekonomian Madrid makin maju. Dengan sumber air yang melimpah, Musliminin pun membangun terowongan tanah untuk irigasi serta dibangun penyediaan air agar air merata ke seluruh wilayah. Selain itu, masih banyak yang ditorehkan umat Islam di kota terbesar ketiga di Eropa tersebut. Namun sayangnya, budaya Islam tak bertahan lama dan tak banyak berbekas saat ini.
Pada 1085, Madrid jatuh ke tangan kristiani. Benteng Madrid ditaklukkan oleh Alfonso VI dari Kastilia. Dia juga mengubah masjid di sana menjadi gereja. Pada 1329, Madrid benar-benar berubah menjadi kota kristiani. Di sana bangsa Yahudi dan Muslimin yang tinggal pada akhir abad ke-15.