REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Sikap plin-plan diperlihatkan Wali Kota Moskow dalam merespons permintaan Muslim terkait pembangunan masjid baru.
Baru-baru ini, walikota menyatakan tidak akan ada izin baru yang diberikan untuk peruntukan pembangunan masjid baru.
"Ternyata bukan Muslim Moskow yang ingin shalat tetapi para pekerja imigran," kata Sergey Sobyanin, dalam wawancara dengan radio Echo, seperti dikutip Russia Today, Selasa (12/3).
Menurutnya, hanya ada 10 persen dari penduduk Moskow diantara para pekerja imigran yang menginginkan pembangunan masjid untuk setiap kalangan. "Silakan anda (Muslim) untuk menggunakan stadion dan ruang terbuka guna melaksanakan shalat," kata dia.
Sobyanin mengatakan warga Moskow saat ini merasa kesal dengan banyak orang yang berbicara bahasa berbeda, tata krama berbeda dan prilaku agresif. "Ini bukan murni etnis, tapi terhubung dengan beberapa ciri etnis," kata dia.
Wakil Kepala Dewan Mufti Rusia, Nafigullah Ashirov menyayangkan komentar kontroversial Wali Kota Moskow. Sabyanin dianggap tidak peka dengan keberagaman Rusia. "Kami akan meminta Kremlin untuk membangun Masjid," kata dia.
Sebelumnya, Wali Kota Moskow telah memberikan lampu hijau terkait pembangunan masjid. "Pembangunan tempat ibadah adalah isu yang sangat rumit, kami mencoba untuk membayarnya dengan perhatian lebih. Tentu, saya setuju warga Moskow butuh masjid," kata dia.
Penolakan terhadap pembangunan masjid bukan kali pertama terjadi di Rusia. Pada Desember tahun lalu, pemerintah berencana membangun enam masjid baru di Moskow. Namun, muncul penolakan besar-besaran yang dilakukan warga Moskow. Mereka juga menuntut pemerintah menggelar referendum guna memutuskan dibangun atau tidaknya enam masjid tersebut.