Senin 18 Feb 2013 08:00 WIB

Kematian Sang Tunangan Membawa Maria pada Islam (4-habis)

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Heri Ruslan
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).
Foto: kaligrafibambu.com
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Selain itu, memeluk Islam membuat Maria merasakan lahir kembali sebagai seorang yang bersih. Ia merasa lahir kembali sebagai sosok yang berbeda. Segala hal buruk yang pernah ia lakukan serasa dihapus setelah memeluk agama rahmatan lil alamin ini.

Mengenai tunangannya, Maria tentu sangat merindukannya. Seringkali ia berfikir tentang pernikahan, namun ia khawatir tak dapat menemukan sosok yang tepat, sebaik tunangannya yang telah membawakannya hidayah. Ia tak berkeinginan untuk berkencan. Namun Maria berharap dapat memperoleh pasangan muslim.

Setelah menjadi muslimah, Maria tentu harus menghadapi keluarganya yang atheis. Awalnya, mereka tak menganggap kelutusan Maria sebagai hal yang serius. Hingga ketika bulan Ramadhan tiba, keduanya baru melihat kesungguhan Maria berislam. Mereka kagum dengan tekad putri mereka untuk menjalankan ibadah puasa eski sangat berat.

"Saya tidak pernah benar-benar berbicara banyak tentang keislaman saya pada orang tua karena saya tahu mereka tidak benar-benar tertarik pada agama. Saya pikir, mereka menyadarinya pertama kali bahwa saya serius berislam ketika bulan Ramadhan lalu. Aku berpuasa sepanjang bulan. Itu adalah Ramadhan pertama saya dan itu benar-benar sangat sulit. Tapi saya melakukannya dan mereka menyadari, 'woah, dia serius'. Mereka baru menyadari bahwa saya sangat serius," kisah Maria.

Melihat kesungguhan putrinya, kedua orang tua Maria pun akhirnya menerima keputusannya berislam. Sikap keduanya pun kemudian berubah. Islamnya Maria membuat keduanya tak lagi khawatir akan putrinya. Mereka yakin putrinya berubah setelah berislam. Maria dianggap lebih dapat dipercaya dan tak akan melakukan hal-hal bodoh meski ditinggal sendirian di rumah. Maria berperilaku baik setelah memeluk agama Islam.

Selain orang tua, tantangan lain juga dihadapi Maria ketika memutuskan untuk berhijab. Meski ia bukanlah wanita satu-satunya yang mengenakan jilbab di AS, namun Maria merasa sangat asing dan terkucil. "Ketika pertama kali mengenakan jilbab, itu sangat sulit. Setiap orang menatapku. Ada gadis-gadis lain disini yang mengenaka hijab, tapi saya merasa saya lah satu-satunya gadis Amerika yang mengenakan jilbab," akunya.

Meski demikian, hal tersebut tudaklah mengurungkan niatnya menutup aurat. Ia pun kemudian justru merasa bangga karena dapat berjilbab sebagai kaum minoritas. Ia pun kini merasa jilbab adalah bagian dari dirinya sehingga tak akan mungkin dilepas. Maria merasa lebih baik tentang dirinya setelah memakai jilbab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement