Rabu 06 Feb 2013 10:46 WIB

LDK Kembangkan Unit Usaha

Rep: agus raharjo/ Red: Damanhuri Zuhri
Universitas Indonesia
Foto: Republika/Aditya
Universitas Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -— Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di seluruh Indonesia kini semakin gencar mengembangkan unit usaha. Di Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Andalas, Universitas Lampung, misalnya, unit usaha telah muncul.

Kemandirian Lembaga Dakwah Kampus (LDK) ini bertujuan untuk menopang seluruh kegiatan dakwah sehingga tak bergantung lagi pada rektorat.

Kampanye pembentukan unit usaha dimulai sejak awal 2012 oleh Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK). Saat itu, forum tersebut diketuai Achmad Roffi. Sebelum ada unit usaha, pembiayaan bergantung sepenuhnya pada penganggaran kampus juga dari bantuan sosial dari instansi-instansi.

Sejak adanya pembatasan bantuan sosial oleh Kementerian Dalam Negeri, proposal pengajuan bansos dibatasi. Akibatnya, pendanaan yang sebelumnya dari kampus sudah sangat kurang menjadi semakin kritis.

Ketua FSLDK yang baru, Edy Siswanto, mengatakan, kini LDK terbagi dalam dua kategori, yaitu mandiri dan nonmandiri. “Kami ingin memperbanyak LDK mandiri,” katanya, Ahad (3/2).

Menurut Edy, ada sekitar 1.000 LDK di Indonesia. Ia menargetkan, tahun ini 75 hingga 80 persen LDK menjadi mandiri. Edy mengatakan, LDK di kampusnya juga telah menjalankan unit usaha.

Ada beberapa kegiatan yang mereka jalankan. Di antaranya, pendirian toko, katering, penjualan makanan dan minuman, serta penyewaan alat-alat elektronik.

Diakuinya, unit usaha tersebut belum memberikan hasil yang sangat besar. Paling tidak, membantu LDK mampu membiayai dirinya sendiri. Edy menyatakan, dalam kepemimpinannya sekarang, ia semakin gencar mengampanyekan LDK mandiri. Dengan demikian, semakin banyak LDK yang mempunyai unit usaha.

Mantan ketua FSLDK Achmad Roffi mengatakan, pembentukan unit usaha sangat membantu. Termasuk, membantu mengembangkan keterampilan usaha anggota. Jadi, setelah lulus, mereka memiliki bekal tambahan.

Bentuk unit usaha LDK biasanya masih berhubungan dengan dunia kampus. Antara lain, usaha menerbitkan soal-soal dan modul bagi adik-adik tingkat awal, membuka koperasi, toko-toko kecil, maupun konveksi untuk penyediaan seragam kampus.

Ia mengatakan, unit usaha LDK di kampus pertama kali didirikan di Institut Teknologi Bandung. Mereka membuat usaha pembuatan soal dan modul bagi mahasiswa tingkat bawah. Hasil usaha ini bisa mencapai ratusan juta Rupiah setiap tahunnya.

Mereka menjadi referensi kampus lain. Sementara, LDK Sholahuddin UGM merintis pengembangan sistem ekonomi syariah. Ini baru digagas pada 2012.

Menurut Ketua Bidang Kaderisasi Jamaah Shalahuddin (JS) UGM Irfan Islami, unit usaha Jamaah Shalahuddin menjadi pembelajaran. Harapan lainnya, melalui unit usaha ini, JS menjadi mandiri.

''Unit usaha di JS saat ini terdiri atas kantin, konveksi, toko pulsa, event organizer, dan bazar-bazar sembilan bahan pokok (sembako),'' jelasnya seraya menambahkan, tahun ini, JS menargetkan bisa meraup omzet hingga Rp 100 juta.

Menurut Irfan, keberadaan unit usaha membuktikan DK tak sekadar soal pengajian. Tapi, LDK juga mampu mengembangkan bidang ekonomi. “Adanya unit usaha membuat LDK lebih mandiri dibandingkan unit kegiatan lainnya,” kata Irfan menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement