REPUBLIKA.CO.ID,-- Apa kesan David tentang umat Islam Indonesia? Secara jujur ia mengungkapkan, sebagian besar umat Islam Indonesia masih memandang seseorang dari materi dan penampilan.
''Contohnya, saya pakai gamis, orang pikir saya ustaz. Besoknya, saya pakai celana jeans bolong-bolong, saya ucapkan Assalamu’alaikum, mereka nggak mau menjawab.”
David juga menyayangkan masih banyak umat Islam di Indonesia yang belum memahami dan mengamalkan tuntunan Alquran. ''Maaf-maaf kata, berangkat haji dengan uang nggak bersih, nggak malu,” ujarnya.
Ia merasa optimistis, Bali bisa menjadi jendela bagi Islam Indonesia ke dunia. Salah satu contoh, kata David, jamaah shalat Subuh Masjid Baitul Makmur di Denpasar seperti shalat Jumat.
''Bisa jadi, karena Muslim di Bali masih minoritas,'' ujar David yang aktif mengikuti pengajian di berbagai masjid dan majelis taklim.
Menurut dia, bukanlah suatu yang mustahil, kelak Bali menjadi jendela Islam Indonesia bagi dunia. Asalkan, setiap Muslim mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, tanpa menimbulkan ketersinggungan di kalangan orang-orang di sekitarnya.
Lantas, apa pendapatnya terhadap peristiwa Bom Bali beberapa waktu lalu yang menewaskan banyak orang? David mengaku merasakan sedih yang luar biasa.
''Empat hari saya di kamar jenazah. Sampai mobil pendingin saya pinjamkan untuk menyimpan jenazah. Orang waktu itu bilang, ‘Wah Pak, nanti mobilnya bawa sial!’ Wallahu a’lam. Saya bilang, yang penting saya ingin menolong.”
Dalam pandangannya, peristiwa Bom Bali merupakan kejadian yang sangat berat. Kejadian itu benar-benar sangat berat. Tapi, berkat gotong royong masyarakat di Bali, Alhamdulillah lancar.