Selasa 29 Jan 2013 11:16 WIB

Cindy Weber: Misionaris yang Menemukan Kebenaran Islam (2)

Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).
Foto: kaligrafibambu.com
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Afriza Hanifa

Cindy tertawa kecil, pipinya memerah ketika mengisahkan percakapan dengan pengurus Islamic Center tersebut. Ia benar-benar mengingat peristiwa tersebut meski telah berlalu 25 tahun silam. Percakapan tersebut berujung pada pemberian sebuah alamat masjid besar di Chicago.

Pengurus Islamic Center menyerah, Cindy tak langsung memeluk Islam pada hari itu. "Jadi, saya menerima alamat (Masjid Besar Chicago) dan dua minggu kemudian saya pergi ke sana, mengucapkan syahadat,” tutur Cindy.

Begitu sederhana perjalanan sang misionaris hingga memeluk agama Islam. Cindy mengatakan, jalan Islam memang seperti sudah ditakdirkan baginya. Ia tak merasakan kesulitan sedikit pun. Sebaliknya, kemudahan demi kemudahanlah yang ia alami saat menempuh jalan menuju hidayah.

Berkiprah di bidang sosial

Setelah memeluk Islam, Cindy menjadi Muslimah yang taat. Ia berjilbab, kemudian menikah dengan pria Muslim dan tinggal di Dallas. Ia bahkan aktif di sebuah yayasan kemanusiaan Islam dan menghabiskan waktunya untuk berdakwah. Di sana ia membicarakan tentang Islam dan berbagi ilmu melalui dakwah.

Yayasan tersebut melindungi komunitas pengungsi di Dallas. Sekitar 50 persen pengungsi di sana adalah Muslim. "Kami menerima mereka dan memberi tahu bahwa menerapkan syariat Islam di Amerika itu mudah. Mereka dapat menjaga iman dan tak perlu menyembuyikannya ataupun berpura-pura bukan sebagai Muslim," ujar Cindy.

Di gedung pusat yayasan tersebut, shalat lima waktu digelar setiap hari.  Pelajaran agama Islam dan bahasa Arab pun diajarkan untuk anak-anak Muslim. Ada pula kelas bahasa Inggris yang diikuti tak hanya oleh anak-anak Muslim, tetapi juga non-Muslim. Bahkan, guru bahasa Inggris di kelas tersebut merupakan seorang Katolik.

"Kami bermitra dengan yayasan Katolik dan mereka mengirimkan pengajar aktif bahasa Inggris untuk mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Jadi, kami memiliki semua agama di sini, dan semua orang menyambutnya," kata Cindy toleran.

Tujuh hari dalam sepekan, waktunya dihabiskan di yayasan tersebut. Meski demikian, Cindy menikmatinya. Tetapi, diakuinya, banyak hal yang berubah setelah ia memeluk Islam. Setelah berislam dan berjilbab, Cindy sering kali diperlakukan berbeda. Ketika belanja, misalnya, kasir sering kali bersikap kasar.

"Itu hanya hal kecil, yang Anda hanya bisa menerimanya dan pergi begitu saja karena Anda tahu bahwa orang itu tak akan bersikap seperti itu jika tahu betapa bagusnya Islam. Yang perlu Anda lakukan hanyalah berperilaku sebaik mungkin.” (bersambung)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement