Kamis 17 Jan 2013 13:25 WIB

Kerukunan Mualaf Tionghoa di Malaysia

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Chairul Akhmad
Anggota Malaysian Chinese Muslim Association (Macma) dalam sebuah acara.
Foto: sgm.org.my
Anggota Malaysian Chinese Muslim Association (Macma) dalam sebuah acara.

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagaimana Indonesia, Malaysia dihuni sejumlah warga keturunan Cina beragama Islam.

Jumlahnya sekitar 57 ribu atau sekitar satu persen dari total penduduk Malaysia.

Meski negara Malaysia berlandaskan Islam, hidup di tengah keluarga dan komunitas Tionghoa seringkali membuat Muslim keturunan Cina merasa terasing. Karena itu, mereka berkumpul dalam sebuah komunitas, yakni Malaysian Chinese Muslim Association (Macma).

Organisasi tersebut mirip dengan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di Indonesia. Saat ini, Macma menaungi para mualaf Tionghoa yang jumlahnya terus bertambah.

Sebagaimana komunitas mualaf lain, Macma membantu mualaf Tionghoa untuk mempelajari Islam. Bahkan, mereka pun dibantu dalam hal kesejahteraan ekonomi.

Dalam upaya mempererat jalinan persaudaraan di antara para mualaf, diselenggarakan kegiatan karnaval setiap tahun. Diikuti orang-orang dari segala usia, kegiatan ini menampilkan beragam perlombaan.

Kebudayaan setempat dan Cina pun berpadu meriah. Tak jarang mereka bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk menyelenggarakan karnaval.

Akhir tahun lalu, Pulau Ketam menjadi lokasi karnaval. Saat itu, Macma menjalin kerjasama dengan Majelis Agama Islam Selangor. Pulau Ketam yang merupakan perkampungan Cina dipilih karena dihuni sekitar 400 keluarga, namun hanya empat keluarga saja yang Muslim. Dewasa, pemuda, maupun anak-anak berbaur dan bergembira dalam karnaval yang digelar tiga hari tersebut.

Jika karnaval identik dengan hura-hura, berbeda dengan karnaval Macma. Rombongan mualaf  Tionghoa tersebut mengawali karnaval dengan mengunjungi rumah Cina Muslim maupun non-Muslim dengan membagi buah tangan.

Mereka kemudian bergotong royong membersihkan surau atau Balai Islam Pulau Ketam yang telantar karena minimnya Muslimin di pulau tersebut. Barulah keesokan harinya karnaval dipenuhi pertunjukan budaya dan perlombaan khas Cina.

Tak hanya Muslim, kegiatan ini juga terbuka bagi penduduk setempat yang non-Muslim. Upaya ini sejalan dengan misi Macma sebagai wahana komunikasi antara Tionghoa Muslim dan non-Muslim, sekaligus memperluas dakwah mereka.

Selain karnaval, Macma juga memiliki beberapa kegiatan rutin tahunan. Salah satunya, Youth Camp, sebuah kegiatan bagi pemuda Tionghoa Muslim yang digelar setiap tahun sejak 2008.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement