Kamis 17 Jan 2013 11:59 WIB

Muslim Iqaluit Bangun Masjid Pertama

Iqaluit, Nunavut, Kanada.
Foto: article.wn
Iqaluit, Nunavut, Kanada.

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Komunitas Muslim Iqaluit, yang menetap di lingkar kutub utara, tengah membangun masjid pertama mereka. Pembangunan tersebut merupakan impian lama yang baru terealisasi tahun ini. 

Presiden Masyarakat Islam Nunavut, Syed Ali Asif mengatakan komunitas Iqluit memiliki populasi antara 80 hingga 100 jiwa. Iqaluit adalah ibukota wilayah Nanavut, Kanada dengan populasi total mencapai 8.000 jiwa. 

"Kebanyakan Muslim datang ke sini dari Selatan untuk pekerjaan. Banyak yang datang sebagai supir taksi yang disewa oleh Muslim lainnya yang kebetulan memiliki bisnis tersebut," papar dia seperti dikutip Onislam.net, Kamis (17/1).

Ali mengungkap pihaknya sangat membutuhkan satu tempat yang representatif untuk melaksanakan shalat. Itu menjadi mendesak ketika populasi Muslim terus bertambah.

"Karena itu, kami memutuskan untuk mendirikan Masyarakat Islam Nunavut, dan terdaftar secara resmi oleh pemerintah pada tahun 2009. Setelah itu, kami lakukan kontak dengan pejabat untuk membeli rumah dan mengubahnya menjadi masjid," kata dia

Saat ini, proses permohonan izin telah diterima. Pemerintah kota tengah melakukan zonasi. Ali optimis permohonan izin itu akan disetujui. 

Terkait masalah dana, Ali mengaku sudah ada donatur yang akan membiayai pembangunan masjid. Adalah Zubaidah Tallab Foundation, badan amal yang juga membantu pembangunan masjid di Inuvik.

"Mereka setuju akan mengirim sebuah masjid, namun tidak ada truk besar untuk mengangkut masjid. Mungkin akan menggunakan tongkang, tapi sulit juga," keluh Ali.

Beruntung, lanjut dia, pihak donatur setuju untuk mengirimkan materi sekaligus kontraktor yang mengerjakan. Pihaknya tinggal mengurusi masalah pasokan listrik dan air.

Sebagian besar populasi Nanavut merupakan penduduk asli Kanada, Inuit. Menurut sensus, bahasa yang digunakan merupakan bahasa asli, yakni Inuktitut. Hanya 35 persen dari penduduk yang berbahasa Inggris. 

Untuk ke wilayah ini, kata dia, hanya bisa diakses pesawat. Itu pun tergantung kondisi cuaca, rata-rata suhu udara disini mencapai -30 derajat Celcius. Hanya pada bulan Juni-September suhu udara baru diatas nol derajat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement