Selasa 15 Jan 2013 17:38 WIB

Geliat Syiar Islam di Peru (2)

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Chairul Akhmad
Muslim Peru saat berdoa usai saat jamaah di sebuah masjid.
Foto: ihh.org
Muslim Peru saat berdoa usai saat jamaah di sebuah masjid.

REPUBLIKA.CO.ID, Secara historis, Islam pertama kali dikenalkan oleh bangsa Moor atau Moros dari Spanyol.

Mereka melarikan diri dari Spanyol ke Peru karena mendapat penyiksaan.

Tercatat dalam sejarah, terdapat seorang wakil penguasa Spanyol di Peru yang merupakan bangsa Moor dari Guadalajara. Ia bernama Alvaro Gonzalez.

Pada 1560, Alvaro dijebloskan ke penjara di Kota Cuzco dengan leher terbelenggu karena telah mempraktikkan dan menyebarkan agama Islam.

Rekannya yang merupakan keturunan bangsa Spanyol dan negro, Luis Solano, pun mengalami nasib serupa dengan dakwaan yang sama.

Islam pun sempat lenyap karena banyaknya penyiksaan terhadap Muslimin. Umat Islam sempat dicekam ketakutan hingga enggan menyebut diri sebagai Muslim. Sementara Islam tenggelam, misionaris Peru McNaim giat menyebarkan paham gereja.

Keadaan berubah ketika pada 1940-an, terjadi eksodus Muslim Palestina dan Lebanon yang hendak menyelamatkan diri dari kekejaman Israel. Mereka masuk ke Peru dan Islam pun dikenal kembali di negara itu untuk kali kedua.

Tak hanya berjasa mengenalkan kembali Islam, para pengungsi dari Palestina dan Lebanon juga berperan penting dalam membangun perekonomian Peru.

Pada 1993, kaum Muslimin membentuk komunitas dan membangun masjid. Sayangnya, masjid itu tak bertahan lama karena kesulitan dana untuk merawat dan mengelolanya.

Kaum imigran dari Palestina dan Lebanon itu pun kemudian menjalin hubungan ukhuwah Islamiah dengan kaum etnis Moor yang merupakan pemeluk Islam awal di Peru. 

Mereka saling memengaruhi adat istiadat hingga terbentuklah budaya perpaduan keduanya, budaya Islam. Maka tak heran, jika ibukota Peru, Lima, memiliki aura keislaman yang kuat.

Memasuki  kota ini akan tampak pemandangan layaknya Andalusia pada masa kejayaan Islam. Begitu banyak arsitektur Islam yang menghiasi Kota Lima.

Masyarakat setempat  menyebut arsitektur tersebut sebagai gaya Arabescos, yakni perpaduan gaya Timur Tengah dan Mediterania. Kehadiran bangunan-bangunan berasitektur Islam itu membuat Muslim dikagumi oleh masyarakat setempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement