REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah debat tentang teori evolusi bakal digelar Institute Deen, London, awal tahun depan. Rencana itu segera memicu kontroversi.
Debat bertajuk Islam and Evolution itu sendiri sedianya digelar Sabtu (15/12) kemarin. Namun, karena alasan keamanan, penyelenggaraan debat itu ditunda awal tahun Depan. Menurut rencana, acara debat itu akan mengundang Harun Yahya (Teolog Turki), Sheikh Yasir Qadhi, (Ulama pendukung teori evolusi), serta Ehab Abouheif dan Fatimah Jackson (dua ilmuwan biologi).
Pendiri Institute Deen, Adam Deen mengatakan debat ini merupakan kesempatan bagi dunia Islam untuk memandang masalah itu dengan mengedepankan dua hal penting, yakni sains dan agama. "Selama ini, seperti ada gerakan mafia intelektual yang tidak mengizinkan kebebasan berpikir," kata dia seperti dikutip the independent, Senin (17/12).
Deen, yang menggambarkan dirinya sebagai muslim konservatif, menyatakan tidak seharusnya umat Islam menghindari debat seperti ini. Karena, pada dasarnya debat ini mendorong pemikiran kritis yang selanjutnya membuka tabir misteri awal terciptanya kehidupan.
Amina Crashaw, mahasiswi muslim, menilai acara debat ini merupakan kesempatan baginya untuk memahami apa yang dikatakan dalam Alquran. "Memang bukan fakta baru, tapi aku mendapatkan kedalaman baru," kata dia.
Pendiri Islamic Channel, Mohammad Ali Harrath, menilai perdebatan ini merupakan sebuah kesalahan besar karena akan membuat masalah evolusi menjadi isu Muslim ketimbang masalah antara kelompok atheis dan kreasionis. Hal senada juga diutarakan, Zeshan Sasjid.
Menurut dia, teori evolusi tidak Islami. "Nabi Adam tidak memiliki orang tua. Jadi, seharusnya umat Islam tidak perlu percaya dengan teori evolusi," kata dia.