REPUBLIKA.CO.ID, Karbon aktif berupa serbuk yang diaktivasi dengan uap dan bahan kimia yang digunakan sebagai penyerap kotoran dan pemucat.
Karbon aktif tersebut ada yang terbuat dari tanaman, batu bara, atau tulang hewan. Bila dari hewan, harus berasal dari hewan halal dan disembelihnya pun sesuai dengan kaidah-kaidah penyembelihan yang ditentukan syariat.
Sebaliknya, bila sumber hewan yang dijadikan bahan dasar karbon tersebut ialah hewan haram maka bisa berdampak pada keharaman bahan-bahan tersebut.
Wakil Direktur LPPOM MUI, Ir Osmena Gunawan, mengatakan bahan lain yang penting dicermati ialah pengembang telur putih. Waspadai bila menggunakan tambahan cream of tartar.
Karena bahan pengembang tersebut terbuat dari asam tartarat hasil endapan fermentasi buah anggur, sejenis minuman keras yang haram hukumnya dikonsumsi umat Islam. Sebagai solusi, ia menyarankan untuk memilih alternatif pengembang lain yang halal dengan fungsi yang sama. “Bisa juga penggantinya perasan air jeruk nipis atau lemon,” katanya.
Ia menambahkan, waspadai pula pewarna yang digunakan di kue macaroons. Bahan pewarna ada yang berasal dari sintetik kimia, tanaman, hewan, dan mikrobial. Jika sumber hewani yang dipilih sebagai bahan pewarna, pastikan berasal dari hewan yang halal, berikut penyembelihannya maka tingkat kehalalannya bisa terjamin.
Sedangkan, jika bahan pewarna dari produk mikrobial maka medianya tidak boleh bercampur dengan bahan haram dan najis.
Memanjakan lidah dan meraup keuntungan bagi produsen kue boleh-boleh saja. Tetapi, sebelum mengenalkannya ke publik, idealnya klasifikasi halal dilakukan. Ini untuk memberikan perlindungan bagi konsumen Muslim, baik dari segi kenyamanan lahir maupun pun batin. “Bila dinyatakan halal, kepuasan produsen atau konsumen tercapai,” kata Osmena.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
