Senin 10 Dec 2012 21:58 WIB

Adab Ketika Marah (2)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Kemarahan kerap berujung dengan pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar.

Kedua, berlemah lembut dan tak marah karena urusan dunia. Menurut Sayyid Nada, sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah SWT.

Ia mengingatkan, kemarahan kerap berujung dengan pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan bisa pula memutuskan silaturahim.

Ketiga, mengingat keagungan dan kekuasaan Allah SWT. “Ingatlah kekuasaan, perlindungan, keagungan, dan keperkasaan Sang Khalik ketika sedang marah,” ujar Syekh Sayyid Nada. 

Menurut dia, ketika mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan akan bisa diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah sama sekali.

“Sesungguhnya, itulah adab paling bermanfaat yang dapat menolong seseorang untuk berlaku santun (sabar),” kata Sayyid Nada.

Keempat, menahan dan meredam amarah jika telah muncul. Allah SWT menyukai seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya yang telah muncul.

Allah SWT berfirman, “… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 134). Menurut Ibnu Hajar dalam “Fathul Bari”, ketika kemarahan tengah memuncak, hendaknya segera menahan dan meredamnya untuk tindakan keji.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan segenap mahluk. Setelah itu, Allah menyuruhnya memilih bidadari surga dan menikahkannya dengan siapa yang ia kehendaki.” (HR Ahmad).

Kelima, berlindung kepada Allah ketika marah. Nabi SAW bersabda, “Jika seseorang yang marah mengucapkan; A’udzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT, niscaya akan reda kemarahannya.” (HR. Ibnu Adi dalam al-Kaamil).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement