Jumat 07 Dec 2012 13:43 WIB

Indonesia Belum Cerminkan Nilai Islam dengan Baik

Rep: Hafidz Muftisany/ Red: Hazliansyah
PERTEMUAN PERBANKAN TAHUNAN. Gubernur BI Darmin Nasution (kanan) berbincang dengan Ketua DPD RI Irman Gusman (kiri) ketika menghadiri Pertemuan Tahunan Perbankan Bankers Dinner di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (23/11). Pertemuan ini dihadiri oleh P
Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
PERTEMUAN PERBANKAN TAHUNAN. Gubernur BI Darmin Nasution (kanan) berbincang dengan Ketua DPD RI Irman Gusman (kiri) ketika menghadiri Pertemuan Tahunan Perbankan Bankers Dinner di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (23/11). Pertemuan ini dihadiri oleh P

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, Indonesia belum menunjukkan penggunaan nilai-nilai Islam dalam tataran kenegaraan, sosial, dan ekonomi yang baik.

Penelitian "How Islamic are Islamic Countries" tahun 2010 yang diterbitkan "Global Economy Jurnal The George Washington University" menempatkan Indonesia di peringkat 140, jauh di bawah Selandia Baru (peringkat 1) yang notabene bukan negara Muslim.

Bahkan dalam "Global Peace Index dari Institute for Economist and Peace", Indonesia menempati negara dengan tingkat kedamaian ke-63 dari 158 negara yang disurvei.

"Negara kita belum mencerminkan nilai Islam yang menampilkan kedamaian, tingkat kekerasan kecil dan 'Islami' dalam segala bidang," ujar Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman dalam paparannya di dies natalies Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang Sumatera Barat, Jumat (7/12).

Irman mengutip pernyataan Syeikh Yusuf Qardhawi, seharusnya Islam adalah konsep utuh antara jasmani maupun rohani, dunia maupun akhirat.

"Namun konsep utuh itu belum terjadi di Indonesia, terbukti index tadi menunjukkan kedamaian Islam belum dirasakan semua masyarakat," imbuh putra asli Padang ini.

Irman mencontohkan, maraknya konflik sosial di negara Muslim --tidak hanya Indonesia-- berarti ruh Islam sebagai agama damai belum dihayati dan diimplementasi.

"Indonesia boleh berbangga sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, tapi kita punya PR (Pekerjaan Rumah) tentang toleransi dan kerukunan umat," papar Irman.

Selain menghadirkan Irman Gusman sebagai pembicara, seminar internasional yang dihadiri ratusan civitas akademika IAIN Imam Bonjol ini juga akan diisi pembicara panel mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra dan Ali Unsal dari Fethullah Gulen Chair Turki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement