REPUBLIKA.CO.ID, Pemberdayaan pendidikan memiliki skala prioritas. Ini jika dibandingkan dengan pemberdayaan ekonomi dan kesehatan.
Menurut Chief Executive Officer (CEO) Rumah Zakat (RZ) Nur Efendi, persentasinya 35 persen sampai 40 persen dana RZ.
Nilainya setiap bulan antara Rp 2,5 miliar dan Rp 3 miliar atau Rp 25 miliar per tahun untuk disalurkan kepada 23 ribu siswa.
Ada tiga program pemberdayaan pendidikan yang dijalankan RZ, yaitu “Sekolah Juara”, beasiswa, dan “Mobil Juara”. Sekolah juara diperuntukkan bagi anak-anak kurang mampu.
Biaya sekolah gratis mendapat perlengkapan sekolah dan fasilitas akomodasi. Kini, sudah ada 12 “Sekolah Juara” yang tersebar di berbagai kota, di antaranya, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Medan, Pekanbaru, dan lainnya.
Untuk siswa yang sekolah di luar “Sekolah Juara”, akan mendapat beasiswa. Syarat-syaratnya, penerima beasiswa adalah Muslim, tidak mampu, yatim piatu, dan berprestasi. Mulai dari jenjang SD hingga perguruan tinggi.
Tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Tercatat, sebanyak 12 mahasiswa di Timur Tengah ikut serta program ini.
Untuk program “Mobil Juara”, sifatnya menjemput bola ke daerah-daerah minus yang sulit dijangkau dunia pendidikan. Ada dua mobil yang rutin bergerak menemui anak-anak putus sekolah atau tidak mampu bersekolah. Anak-anak di daerah terpencil itu belajar melalui “Mobil Juara” ini.
Program pendidikan RZ ini, menurut Nur Efendi, sangat efektif. Terbukti, yang dulunya para penerima bea siswa, setelah sukses, kini menjadi muzaki di RZ.
“Ikatan kekeluargaan di antara penerima beasiswa RZ sangat kuat. Makanya, mereka ‘mengembalikan lagi’ beasiswa dengan cara menjadi muzaki untuk disalurkan lagi kepada umat,” papar Efendi.
Nur Efendi berharap, program pemberdayaan pendidikan ini terus berjalan. Karena, kenyataannya semakin banyak masyarakat yang membutuhkan biaya pendidikan. Kalau berharap dari APBN sulit terpenuhi. Lembaga-lembaga zakat berkontribusi membantu para dhuafa.