Selasa 13 Nov 2012 19:30 WIB

HR Rasuna Said, Pejuang dari Agam (3-habis)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
HR Rasuna Said.
Foto: blogspot.com
HR Rasuna Said.

REPUBLIKA.CO.ID, Berbagai hambatan dan teror serta intimidasi dari penjajah Belanda tak membuat semangat juangnya meredup. 

Lantaran ruang geraknya dibatasi Belanda, Rasuna Said pindah ke Medan dan mendirikan sekolah pendidikan khusus wanita Perguruan Putri dan juga menerbitkan majalah Menara Putri, yang khusus membahas seputar pentingnya peran wanita, kesetaraan antara pria wanita dan keislaman.

Pada masa pendudukan Jepang, Rasuna Said ikut serta sebagai pendiri organisasi pemuda Nippon Raya di Padang yang kemudian dibubarkan oleh Pemerintah Jepang.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Rasuna Said aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia.

Ia juga sempat duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatera mewakili daerah Sumatera Barat setelah Proklamasi Kemerdekaan, diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS), kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai akhir hayatnya.

HR Rasuna Said dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974.

Ia meninggalkan seorang putri (Auda Zaschkya Duski) dan enam cucu (Kurnia Tiara Agusta, Anugerah Mutia Rusda, Moh Ibrahim, Moh Yusuf, Rommel Abdillah dan Natasha Quratul'Ain).

Jasa dan dedikasinya bagi umat, agama dan negara yang pernah ditorehkannya selalu diingat sepanjang masa. Namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan protokol di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Rasuna Said adalah teladan bagi kaum Muslimah di Tanah Air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement