Senin 12 Nov 2012 21:02 WIB

Di Nepal, Muslim Bukan Lagi Warga Kelas Dua (1)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Seorang Muslim tengah berdoa di depan Masjid Kashmiri Taqiya, Kathmandu, Nepal.
Foto: Reuters
Seorang Muslim tengah berdoa di depan Masjid Kashmiri Taqiya, Kathmandu, Nepal.

REPUBLIKA.CO.ID, Komunitas Muslim ingin dilibatkan dalam proses pembangunan kembali Nepal yang koyak oleh perang saudara.

Nepal dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Hindu. Namun ternyata, Islam punya sejarah yang panjang di negara ini.

Diperkirakan, Islam masuk ke Nepal pada abad ke-5 Hijriah atau 11 Masehi. Islam dibawa oleh para saudagar Arab yang datang untuk berdagang di lembah Kathmandu.

Sedangkan, Muslim untuk pertama kalinya menetap (berdomisili) di Nepal terjadi pada masa pemerintahan Raja Ratna Malla (1482-1520). Mereka adalah Muslim Kashmir yang merupakan para saudagar.

Mereka sebenarnya menjual karpet, aneka produk dari kulit binatang dan wol kepada masyarakat Tibet, namun menjadikan Nepal sebagai lintasan mereka. Orang-orang Kashmir ini dikenal sebagai kalangan Muslim terpelajar dan pebisnis sukses.

Beberapa dari mereka bahkan masuk ke dalam jajaran birokrasi dan politik. Di Shayambhu, Nepal, kaum Muslim Kashmir memiliki lahan pemakaman khusus.

Pada masa-masa berikutnya, Muslim terus berdatangan ke Nepal. Pada abad ke-19, tepatnya 1857, gelombang kedua Muslim India masuk ke negara itu. Mereka tinggal di wilayah Terai yang merupakan perbatasan India dan Nepal.

Wilayah ini diakuisisi oleh Nepal di bawah Perdana Menteri Jung Bahadur bersama Kerajaan Inggris. Hal ini sebenarnya upaya Inggris agar Muslim tidak terkonsentrasi di India yang semakin membahayakan penjajahan Inggris atas India.

Di bawah tekanan penjajah Inggris, Muslim di daerah perbatasan mengungsi ke wilayah Terai. Sejak saat itu, Muslim tunduk pada Undang-Undang Kerajaan Nepal Tahun 1853 sebagai warga negara dengan kasta terendah.

Selain Muslim India, banyak pula Muslim dari Tibet yang mendatangi negara tersebut. Mereka awalnya juga masuk dengan tujuan berdagang dan lama kelamaan menetap di Nepal. Jumlah mereka semakin banyak pada 1960-an sebagai akibat gejolak politik di Tibet.

Kini, Muslim Tibet yang ada di Nepal sudah berbaur dengan warga setempat, baik bahasa, budaya, maupun cara berpakaian mereka sudah seperti orang Nepal. Umumnya, Muslim keturunan Tibet cukup sukses di Nepal.

Hingga saat ini, mereka masih menjalin hubungan bisnis dengan negeri leluhur, Tibet, dan tentunya dengan Cina yang kini menguasai Tibet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement