Senin 05 Nov 2012 06:39 WIB

Ummu Aiman, Keteladanan Seorang Muslimah (2-habis)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Menurut Musthafa, meski Ummu Aiman tak bisa membaca dan menulis , tapi mampu mengunguli para menteri dan perempuan terpelajar dalam hal keutamaan.

Hatinya selalu terbakar ketika panji Islam melemah. Sejarah Islam telah mencatat sikapnya yang sangat luar biasa.

Ketika Rasulullah SAW wafat,  Ummu Aiman menangis di rumahnya. Abu Bakar RA lalu mengajak dan Umar bin Khathab untuk mengunjungi Ummu Aiman.

Begitu sampai di rumahnya, Umar dan Abu Bakar melihat wanita yang dihormati Nabi SAW itu menangis.

Lalu  Abu Bakar dan Umar bertanya, ''Apa yang menyebabkan engkau menangis?  Bukankah apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah SAW?''

Ummu Aiman lalu berkata, ''Aku menangis bukan karena tak tahu bahwa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah SAW.''

Ummu Aiman lalu melontarkan sebuah pernyataan yang tak terpikirkan oleh siapapun. ''Aku menangis karena wahyu dari langit telah terhenti,'' tuturnya. Abu Bakar dan Umar pun terharu mendengar perkataan itu. Keduanya lalu menangis terharu.  

''Ummu Aiman adalah seorang perempuan yang berhasil menggabungkan dua jihad sekaligus, yakni jihad di medan perang dan jihad dalam pendidikan,''  tutur Musthafa.  Jihad di medan perang dibuktikannya dengan keikutsertaannya dalam Perang Uhud dan Perang Khaibar.

Ia bertugas menyiapkan minum bagi para pejuang yang kehausan dan mereka yang terluka.  Dalam pendidikan, ia terbukti telah melahirkan dua pahlawan Islam yakni Aiman, yang gugur sebagai syuhada dalam Perang Hunain.

Sedangkan, putra keduanya  Usamah dipercaya Rasulullah untuk memimpin pasukan, saat tentara Islam menaklukkan Romawi. Padahal, Usmah waktu itu baru berusia 18 tahun.

Beberapa sahabat sempat mencela kepemimpinan putra Ummu Aiman itu. Namun, Rasulullah SAW membelanya. ''Sekiranya kalian mencela kepemimpinan Usamah, berarti kalian juga telah mencela  kepemimpinan ayahnya. Demi Allah, sesungguhnya ia pantas menjadi komandan...'' (HR al-Bukhari).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement