REPUBLIKA.CO.ID, Selama berpuluh tahun boleh dikatakan tak ada pemimpin dari negara-negara Muslim berani berkata “tidak” dan mengkritik keras pemimpin Israel. Adalah Erdogan atau Recep Tayyip Erdogan yang berani melakukannya.
Dalam sebuah konferensi internasional di Davos, Swiss, Januari 2009, Perdana Menteri Turki itu berani mengkritik Israel dengan pedas dan menuding pemimpinnya sebagai pemimpin yang licik dan pembohong, serta mengatakan Perdana Menteri Israel Simon Peres membunuh anak-anak dan wanita-wanita tak berdosa di Gaza.
Setelah berbicara, Erdogan walk out (meninggalkan) konferensi tersebut dan seluruh dunia menyaksikan apa yang telah dilakukan oleh Erdogan. Itulah salah satu contoh keberanian Perdana Menteri Turki yang dijuluki “Singa Kecil” dari Negara Abdul Hamid II—khalifah Muslim terakhir yang memimpin Kekhalifahan Utsmaniyah.
Politisi yang dijuluki sebagai “Muazin Istanbul Penumbang Sekularisme Turki” ini mampu mengembalikan masa keemasan Turki. Ia sukses mengembalikan kejayaan bangsa Turki, baik dalam hal pertahanan maupun perekonomian.
Dengan keyakinan bahwa “Islam adalah solusi”, Erdogan mampu membangkitkan kembali Turki dari julukan “The Sick Man in Europe” menjadi negara yang sehat dan tumbuh berkembang, bahkan diperhitungkan sebagai negara yang mampu memberikan kontribusi dalam menciptakan perdamaian dunia.
Buku ini memberikan gambaran yang cukup lengkap dan memadai mengenai sepak terjang Erdogan. Penulis mengawali bukunya dengan mengupas riwayat kehidupan Erdogan, sejak masa kecilnya di Qasim Pasha, pernikahannya, masuk penjara, dan mendirikan partai.
Bab kedua memaparkan jalan politik Erdogan, antara lain, reformasi politik, revolusi atas pemikiran dan politik Kemal Attaturk, perbaikan masalah ekonomi, hingga penyelesaian masalah suku Kurdi.
Pada bab ketiga penulis mengupas langkah-langkah yang ditempuh Erdogan dalam penghancuran berhala sekularisme Attaturk. Salah satu pembahasan yang menonjol dalam bab ini adalah bagaimana Erdogan mampu mengatasi dan “menjinakkan” militer.
Bab keempat menjabarkan revolusi yang dilakukan Erdogan. Bab kelima menyajikan kupasan bertajuk “Dari impian Eropa menuju realita”. Salah satu yang dibahas dalam bab ini adalah hubungan diplomatik dan kerja sama Turki dengan berbagai negara Arab.
Bab keenam bertajuk “Dari persahabatan menjadi permusuhan” menceritakan berbagai ketegangan yang terjadi antara Turki dan Israel—yang pada awalnya bersahabat—sebagai respons atas ketegasan sikap Turki. Buku ini ditutup dengan beberapa dokumen dan gambar yang memuat pesan-pesan penting Erdogan.
Apakah rahasia sukses Erdogan? “Ia selalu menyelaraskan antara iman, akhlak Islamiyah, dan selalu mengikuti sunah Rasulullah SAW.”
Di tengah langkanya tokoh masa kini yang layak jadi role model seorang pemimpin Muslim yang berani, jujur, peduli rakyat, dan tetap taat beragama, Erdogan merupakan tokoh yang layak diteladani.
Buku ini sangat perlu dibaca terutama oleh para politisi, anggota legislatif, serta para pejabat dan aktivis, untuk belajar bagaimana menjadi pemimpin yang dicintai rakyat dan memberikan solusi. Tentu saja para mahasiswa yang merupakan calon pemimpin masa depan juga perlu membaca buku ini.
Judul : Erdogan
Penulis : Syarif Taghian
Penerbit : Pustaka Al-Kautsar
Cetakan : I, Oktober 2012
Tebal : xvi+520 hlm