Rabu 31 Oct 2012 13:49 WIB

Menelisik Akar Pembaruan Islam (3-habis)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: citizenwarrior.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Tanggapan Muslim di akhir abad ke-19 dan abad ke-20 terhadap dampak Barat bagi masyarakat Muslim terwujud dalam usaha sungguh-sungguh untuk menginterpretasi Islam dalam menghadapi perubahan kehidupan modern.

 

Sikap dinamis, luwes, dan adaptatif, yang pernah menjadi ciri kemajuan Islam di Zaman Klasik (650-1250 M), terutama kemajuan di bidang hukum, pendidikan, dan sains.

Pembaruan internal melalui proses ijtihad dan adaptasi selektif atau Islamisasi terhadap ide-ide dan teknologi Barat. Alhasil, di sejumlah belahan dunia, bermunculan figur-figur yang mencetuskan pembaruan.

Di Timur Tengah, muncul Jamaluddin Al Afghani (1838-1897 M) dengan gerakan Pan Islamisme. Di Asia Selatan, terdapat tokoh Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) dan Muhammad Iqbal. 

Pembahasan tentang kebangkitan dan pembaruan juga harus memerhatikan konsensus yang mulai muncul tentang reformasi politik.

Kaum fundamentalis Islam mengungkapkan ketidakpuasan dengan kondisi politik yang dominan di Dunia Muslim, dan tuntutan publik akan pembebasan politik kadang-kadang diartikulasikan  dalam tulisan fundamentalis.

Misalnya saja, upaya yang dilakukan oleh Hasan al-Turabi di Sudan yang menyerukan tajdid untuk mencakup bidang reformasi politik, dengan cara menciptakan mekanisme untuk memperkenalkan sistem syura, sebagaimana yang termaktub dalam Alquran.

Yang disepakati oleh berbagai gerakan dan pemimpin adalah perlunya perubahan dalam segala aspek kehidupan di Dunia Arab dan Dunia Islam yang lebih luas. Tak ada konsesus mengenai sifat perubahan ini dan cara mencapainya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement