Rabu 31 Oct 2012 13:37 WIB

Menelisik Akar Pembaruan Islam (2)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: citizenwarrior.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Walaupun demikian, istilah ini baru terdengar nyaring setelah timbul pemikiran dan gerakan dalam Islam sebagai hasil dari kontak yang terjadi antara Islam yang dianggap mundur dan Barat yang dianggap maju.

Kesimpulan yang sama diutarakan dalam "Ensiklopedi Oxford; Dunia Islam Modern". Dalam ensiklopedi tersebut, kata tajdid disejajarkan dengan ihya yang memiliki makna kebangkitan.

Gerakan pembaruan dalam Islam memang terdapat di Periode Modern. Namun, sebelum masa itu keinginan untuk mengadakan perubahan juga telah timbul. Di Arab Saudi, keinginan itu dicetuskan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-1792 M).

Gerakannya yang dikenal dengan nama Wahabi dilatarbelakangi oleh faktor internal, yaitu paham tauhid kaum awam waktu itu yang telah dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan syirik dan bid’ah.

Gerakan Wahabi disusul oleh serentetan gerakan di Afrika. Gerakan yang bercorak sufistik itu akhirnya berhasil mendirikan negara-negara Islam.

Di antara para pemimpinnya yang terkenal ialah Usman dan Fonjo (1754-1817 M) di Negeria, Muhammad Ali bin As Sanusi (1787-1859 M) di Libya, dan Muhammad Ahmad bin Abdullah (1843-1885 M) di Sudan.

Di India, gerakan tajdid juga muncul ke permukaan, antara lain, yang dipelopori oleh Syekh Ahmad Sirhindi (1564-1624 M) dan Syah Waliyullah (1702-1762 M).

Gerakan-gerakan pramodern telah mewariskan bagi Islam modern suatu interpretasi ideologis terhadap islam dan metode-metode gerakan serta organisasi. Gerakan pramodern secara umum dimotivasi oleh faktor internal, sedangkan gerakan modern dimotivasi oleh kedua faktor sekaligus, eksternal dan internal.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement