Rabu 31 Oct 2012 13:25 WIB

Menelisik Akar Pembaruan Islam (1)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: citizenwarrior.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah hadis riwayat Abu Daud menyatakan, ”Sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini (umat Islam) pada permulaan setiap abad orang yang akan memperbarui (memperbaiki) urusan agamanya”. (HR Abu Dawud).

Hadis ini kerap dimaknai sebagai legitimasi terhadap gerakan pembaruan Islam yang diusung oleh seorang tokoh di zaman tertentu.

Ini dilakukan sebagai upaya menjawab beberapa persoalan yang menyangkut relevansi agama dalam konteks problematika dan dinamika yang berkembang.

John L Esposito mengatakan dalam Ensklopedi Oxford Dunia Islam Modern, tradisi pembaruan dalam Islam tersebut dikenal dengan istilah tajdid. Secara etimologi berasal dari kata jadda-yujaddidu-tajdididan, yang berarti memperbarui.

Kata tajdid sendiri merupakan bentuk mashdar dalam bahasa Arab. Ini lantas diartikan sebagai gerakan pembaruan dalam hidup keagamaan, baik berbentuk pemikiran maupun gerakan, sebagai reaksi atau tanggapan terhadap tantangan-tantangan internal ataupun eksternal yang menyangkut keyakinan dan urusan sosial umat.

Seperti hadis tersebut di atas, ada beberapa landasan yang kerap dijadikan sebagai legitimasi bahwa tradisi pembaruan sudah muncul sejak Islam hadir sebagai sebuah peradaban di Jazirah Arab.

Orang-orang Islam memberikan respons terhadap apa yang dipandang menyimpang dari akidah. Hal ini disebabkan tajdid mendapat pembenaran dan pengesahan dari Alquran. Sebagaimana yang tertera dalam Alquran surah ke-7 ayat 170 dan surah ke-11 ayat ke-117.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement