Jumat 26 Oct 2012 13:55 WIB

Harga Hewan Kurban Naik, Warga Aljazair Prihatin

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad
Sapi kurban - ilustrasi
Sapi kurban - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, ALGIERS -- Warga Aljazair menyambut Hari Raya Idul Adha dengan rasa prihatin. Mereka tidak lagi bisa berkurban lantaran harga hewan kurban tak lagi bersahabat. Itu merupakan dampak dari ekonomi Aljazair yang babak belur. 

Daya beli berkurang, sementara harga bahan pokok terus melambung. "Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, saya tidak bisa membeli domba untuk Idul Adha," keluh Mohammed Acham seperti dikutip reuters.com, Jumat (26/10). "Harga telah naik tiga kali lipat," katanya lagi.

Ia mengaku siap menghadapi protes keluarga karena tidak adanya domba untuk perayaan Idul Adha. "Yah siap-siap saja," kata ayah dari lima anak ini.

Kenaikan harga pangan mendorong inflasi hingga 9.3 persen pada semester pertama 2012. Pada tahun lalu, tingkat inflasi hanya 3.8 persen. Saat ini, harga daging mencapai 1.300 dinar atau 17.50 dolar AS. Harga ayam juga naik berkali lipat.

Melihat kenaikan itu, pemerintah meresponnya dengan menangguhkan pajak impor untuk pakan ternak seperti jagung dan kedelai. "Kami bekerja keras melindungi industri peternakan dan perunggasan kami yang mempekerjakan 35.000 petani," kata Menteri Pertanian, Rachid Benaissa.

Menteri Perdagangan, Mustapha Benbada mengatakan pemerintah berencana untuk membangun sejumlah pasar grosir makanan guna mengurangi harga dan mengontrolnya. Para kritikus menyalahkan pemerintah membuat warga hidup lebih sulit. 

"Adalah tugas pemerintah untuk mencari mekanisme melindungi daya beli warga dengan merevisi pajak atas seluruh penghasilan," kata juru bicara Partai Pekerja Ismail Kouadria.

Aljazair sangat bergantung pada impor pangan dari negara-negara Uni Eropa. Selanjutnya, pemerintah memberikan subsidi gandum, susu, gula, listrik, air dan bahan bakar. "Subsidi ini diperlukan guna menunda kerusuhan sosial," komentar ekonom, Abdelwahab Boukrouh.

Menurutnya, penurunan daya beli akan memicu pengangguran. Inflasi diperkirakan akan terus berlanjut apabila pemerintah salah mengeluarkan kebijakan. "Produksi nasional hanya sanggup memenuhi 30 persen kebutuhan dalam negeri," kata dia. tu sebabnya, harga sayur mayur dan buah-buahan terus melonjak. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement