REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kaum muslim di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) diminta terus berupaya meningkatkan semangat berkorban disertai solidaritas sosial yang tinggi agar terhindar dari hidup yang penuh egoisme dan mementingkan diri sendiri atau kelompok.
Pesan moral itu disampaikan TGH Ahyar Abduh, ketika menjadi pengkhotbah dalam Salat Idul Adha 1433 Hijriah, di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB, di Mataram, Jumat (26/10).
Ahyar yang masih menjabat Wali Kota Mataram itu menekankan semangat pengorbanan dan kesabaran dalam beribadah dan melakukan aktifitas kebaikan.
"Semangat pengorbanan dan kesabaran juga harus terus dipupuk dalam menjauhi larangan-larangan Allah. Kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam kegiatan-kegiatan yang berlandaskan hawa nafsu," ujarnya.
Salah satu tokoh agama kharismatik di wilayah NTB itu, juga mengingatkan kaum muslim untuk memberikan pengorbanan dalam bentuk partisipasi aktif di semua aspek pembangunan, sesuai kemampuan dan keahlian yang dimiliki.
Partisipasi aktif itu termasuk peran dalam penciptaan kerukunan hidup antarumat beragama, kedamaian dan ketertiban di seluruh wilayah.
"Mudah-mudahan pengorbanan dan kesabaran yang telah dipraktikkan oleh Nabiullah Ibrahim dan putranya Ismail Alaihisalam, dapat menjadi spirit utama bagi kita dalam keikhlasan diri untuk melakukan pengorbanan dan
kesabaran baik dalam menjalankan perintah-perintah Allah maupun menjauhi larangan-Nya, dan selalu tabah dalam menghadapi musibah," bebernya.
TGH Ahyar juga mengajak umat Islam di wilayah NTB untuk menelaah lebih dalam arti dan hakikat kurban, yang juga berarti ketabahan dalam hidup dan sabar menanggung segala beban yang sedang dialami dalam kehidupan bermasyarakat.
Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail AS telah menunjukkan hakikat berkurban yang mengandung pengertian sanggup menunda kenikmatan kecil dan sesaat demi mencapai kebahagiaan yang lebih besar dan kekal.
"Kita bersedia bersusah payah karena hanya dengan susah payah dan mujahadah itu, suatu tujuan tercapai dan cita-cita terlaksana, karena semangat berkurban merupakan konsekuensi ketaqwaan kepada Allah," katanya.
Sebab, lanjut dia, bila taqwa itu dijalankan dengan ketulusan dan kesungguhan, maka akan memotivasi semua umat manusia untuk melihat jauh ke depan dan mampu menyadarkan dari perbuatan yang tidak diridhoi Allah.
Di akhir khotbahnya, ia mengajak umat Islam agar bersungguh-sungguh untuk belajar dari semangat pengorbanan Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail AS.
Pelaksanaan Salat Idul Adha 1433 Hijriah yang diikuti lebih dari 2 ribu orang itu berjalan aman dan lancar. Shalat Idul Adha itu diimami oleh Abdul Karim Al Qafur, pemimpin Pondok Pesantren Nurul Bayan.