Kamis 25 Oct 2012 16:50 WIB

Kerusakan Bumi akan Memukul Balik Perusaknya

KH Hasyim Muzadi
Foto: Republika/Fachrul Ratzi
KH Hasyim Muzadi

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH --  Sebagai khalifah di muka bumi, umat Islam memiliki dua tugas besar menyangkut pengelolaan alam dan kepemimpinan sosial.  Allah SWT menyerahkan pengelolaan sumber daya alam  kepada sumber daya manusia.

‘’Maka, baik buruknya sumber daya alam ditentukan oleh cara pengelolaan manusia. Apabila pengelolaannya benar maka akan terjadi berkah kemanfaatan bumi kepada kita dan apabila sebaliknya maka yang akan terjadi adalah kerusakan bumi itu,’’ ujar Wakil Amirul Haj Indonesia, KH Hasyim Muzadi saat menyampaikan khutbah wukuf di Padang Arafah, Kamis (25/10) siang WAS.

Mantan ketua umum PBNU itu menegaskan, kerusakan bumi pada gilirannya akan memukul balik manusia yang merusaknya. Akibatnya, pukulan balik dari kerusakan bumi itu akan menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia.

Kiai Hasyim menuturkan, sesuai dengan Alquran,  kerusakan dan goncangan di muka bumi dapat dibedakan dalam beberapa jenis.  Pertama, kerusakan yang timbul karena ulah manusia, misalnya kerusakan lingkungan alam/cuaca. 

‘’Kedua, goncangan alam yang semata-mata hanya Allah yang bisa menggerakannya karena di luar kemampuan tangan manusia misalnya tsunami, gunung meletus, gempa dan semacamnya,’’ papar pimpinan Pondok Pesantren Al-Hikam itu.

Ketiga, kata Kiai Hasyim, goncangan alam yang dikehendaki Allah guna mengingatkan umat-Nya atas kekuasaan Allah yang tiada terbatas dan atau mengingatkan perilaku hamba-Nya yang keliru. 

Menurut dia,  Allah juga telah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bangsa. Manusia yang beragam itu  ditempatkannya di bagian belahan dunia masing-masing. ‘’Logikanya bahwa lingkungan alam utamanya digunakan untuk kelompok, suku bangsa dan bangsa-bangsa yang menempatinya.’’

Sehingga, lanjut Kiai Hasyim,  rezeki yang ada di dalam kawasan sumber daya natural seharusnyalah menjadi rezeki bangsa dan suku bangsa yang menempatinya. Hal ini, kata dia, tidak berarti agama mengajarkan eksklusifisme (pengasingan) masing-masing bangsa. 

Sebab, kata Kiai Hasyim, Alquran memerintahkan ta’aruf (saling mengenal dan menghargai serta memenuhi kebutuhan antar bangsa).  ‘’Namun pergaulan antarbangsa itu haruslah dalam posisi ta’aruf kesejajaran bukan dalam eksploitasi kehidupan dan penghidupan. 

Menurut dia,  sudah seharusnya bangsa Indonesia seharusnya mensyukuri nikmat pemberian Allah berupa kawasan alam itu. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement