Rabu 24 Oct 2012 20:15 WIB

Muslim Laos, Minoritas yang tak Tertindas (4-habis)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Al-Azhar di Vientiane, Laos.
Foto: Blogspot.com
Masjid Al-Azhar di Vientiane, Laos.

REPUBLIKA.CO.ID, Sementara, Muslim Tamil dan Pakhtuns biasa beribadah di Masjid Jami yang terletak di jantung Kota Vientiane.

Masjid ini memiliki kemiripan dengan masjid mereka di Tamil. Khotbah shalat Jumat di masjid tersebut biasanya disampaikan dalam dua bahasa, yaitu Urdu dan Tamil.

Masjid ini juga dilengkapi dengan ruangan khusus untuk mengajarkan bahasa Arab dan ajaran keislaman kepada anak-anak.

Komunitas Muslim di luar Vientiane juga bisa merasakan kehadiran masjid di komunitas mereka. Misalnya saja, sebuah masjid kecil di Sayaburi atau di tepi barat Mekong tak jauh dari Nan. Sayaburi dulu pernah dinyatakan sebagai daerah tertutup bagi orang asing.

Mencari makanan halal pun bukan perkara yang terlalu sulit. Setiap kota besar di Laos setidaknya memiliki satu restoran India yang dikelola oleh Muslim Tamil. Seorang Muslim India yang membuka restoran adalah Muhammad Nazimuddin alias Samsack Sivi lay. Nazim memiliki enam restoran India di Laos.

Restoran halal yang dibukanya tentu memberikan angin segar bagi para Muslim. Hal ini karena kebanyakan restoran di Laos menyediakan makanan dengan bahan dasar daging yang tak lazim dikonsumsi Muslim, seperti katak, ular, anjing, dan musang.

Beberapa restoran halal terletak di kawasan Taj off Man Tha Hurat Road. Beberapa lainnya berdiri di persimpangan jalan Phonxay dan Nong Bon Roads. Selain melayani komunitas Muslim, mereka juga menyediakan jasa katering bagi petugas kedutaan yang beragama Islam.

Selain bekerja di industri tekstil, banyak Muslim Laos yang bekerja sebagai penjual daging halal. Untuk membedakan kios daging mereka dari kios daging lain yang menjual daging babi, para penjual yang beragam Islam memasang lambang bulan sabit atau tanda dalam bahasa Arab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement