Rabu 24 Oct 2012 17:45 WIB

Jamaah Haji Indonesia Bisa Jadi Duta Pangan

Jamaah haji sedang membeli makanan dan minuman di sebuah kedai yang terletak di pinggiran Masjidil  Haram, Makkah, Ahad (30/9). Kawasan itu nantinya akan dibongkar untuk proyek perluasan Masjidil Haram.
Foto: Heri Ruslan/Republika
Jamaah haji sedang membeli makanan dan minuman di sebuah kedai yang terletak di pinggiran Masjidil Haram, Makkah, Ahad (30/9). Kawasan itu nantinya akan dibongkar untuk proyek perluasan Masjidil Haram.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah haji Indonesia dinilai bisa menjadi duta pangan. Menurut Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Herman Khaeron, jamaah haji Indonesia bisa memanfaatkan momentum haji untuk memasarkan produk-produk pertanian dan makanan yang khas Nusantara.

''Jamaah haji Indonesia selama di Arab Saudi bisa berperan sebagai duta tidak resmi pemerintah untuk memasarkan produk-produk pertanian dan makanan yang khas Indonesia,'' ujarnya kepada wartawan di Makkah, Rabu (24/10).

Sayangnya, kata dia, potensi itu belum digarap serius oleh kementerian terkait. Padahal, jamaah haji Indonesia merupakan yang terbesar mencapai 211 ribu orang.

''Tidak sedikit jemaah Indonesia yang ingin menikmati makanan khas Indonesia, tapi kesulitan mencarinya. Yang banyak justru makanan-makanan dari India, Pakistan, Turki dan sebagainya,''  ujar Herman Khaeron. Jamaah haji, kata dia, bisa menyosialisasikan dan memasarkan produk Indonesia di Arab Saudi.

Ia mengusulkan agar anggaran kementrian untuk pameran produk Indonesia terutama yang berbasis hasil sumber daya alam menurutnya bisa dialihkan untuk membantu program pemasaran melalui para jemaah haji. 

''Selama ini pameran itu sifatnya hanya promosi, kalau dengan jemaah haji, maka ini promosi langsung sekaligus menjual,'' papar Herman Khaeron.

Menurut dia, seharusnya produk makanan Indonesia dipasarkan di luar negeri.  Kalau memang pasarnya belum besar dan tidak menguntungkan buat produsen, papar Herman, pemerintah seharusnya mengambil alih. ''Tapi untuk Arab Saudi saya justru melihat pasar yang jelas. Harusnya bisa digarap serius.''

Herman mengaku optimistis permintaan produk Indonesia terutama pada musim hajisangat tinggi. Namun, kata dia, produk yang ditawarkan tidak ada. Ia menyatakan Kementerian Perdagangan seharusnya bisa membantu  program ini.

Herman pun menyayangkan sajian makanan katering bagi jamaah haji Indonesia di Madinah belum menggunakan bahan baku bukan dari Indonesia.

''Seharusnya, itu bisa menggunakan produk-produk dari Indonesia. Kalau perlu ketika berada di Makkah jamaah juga diberikan layanan katering dengan produk Indonesia,” tuturnya.

Selama di Makkah, kata dia, jamaah haji Indonesia ada yang membeli makanan dan ada yang memasak. “Kalau membeli kadang kan tidak terkontrol asupan gizinya, atau  ada yang berhemat uang living cost untuk membeli oleh-oleh,'' tutur Herman.

Hal itu, lanjut dia, tidak jarang membuat jemaah jatuh sakit. Padahal, menurut dia, ibadah haji itu membutuhkan fisik yang prima.

Lagipula, papar politisi Partai Demokrat itu,  tidak semua makanan yang dijual itu cocok lidahnya dengan selera Indonesia. ''Yang memasak sendiri itu kebanyakan karena merasa tak berselera dengan makanan yang dijual.” 

Menurut Herman, pemerintah Indonesia bisa mencontoh salah satu produsen mie instant ternama di Indonesia yang berhasil menembus pasar Timur Tengah khususnya Arab Saudi.

Meski cita rasa mie tersebut tidak sama persis, tapi menurutnya produsen mie tersebut membawa nama Indonesia. Hal ini tentunya bisa meningkatkan nilai produk Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement